Cari disini

Waspadai Tanda dan Gejala Gagal Ginjal Akut pada Anak

Tanda dan Gejala Gagal Ginjal Akut pada Anak
Tanda dan Gejala Gagal Ginjal Akut pada Anak

 Beberapa minggu yang lalu, kasus gagal ginjal akut banyak menyerang anak-anak berusia 6 bulan sampai 18 tahun. Adanya kenaikan ini terjadi dalam kurun waktu 2 bulan terakhir, dimana 18 Oktober 2022, sebanyak 189 kasus telah dilaporkan dan paling banyak didominasi oleh anak berusia 1-5 tahun.

Melihat adanya peningkatan kasus gagal ginjal akut tersebut, Kementerian Kesehatan bertindak cepat untuk menginformasikan kepada seluruh orang tua untuk tetap waspada dan tidak panik, terutama ketika anak mengalami gejala yang mengarah pada penyakit ginjal akut, seperti:

  1. Diare
  2. Muntah
  3. Demam selama 3 – 5 hari
  4. Batuk & Pilek
  5. Jumlah air seni yang semakin sedikit, bahkan tidak bisa buang air kecil sama sekali

Pada pernyataannya, dr. Yanti Herman, MH. Kes selaku Plt. Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan mengajak masyarakat, khususnya orang tua untuk terus mengawasi perkembangan kesehatan anak, tidak panik dan bersegera untuk melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan terdekat apabila anak mengalami gejala yang mengarah kepada penyakit gagal ginjal akut.

Tidak sampai disitu, guna melakukan upaya penurunan kasus gagal ginjal akut, pemerintah juga menerbitkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Nomor HK.02.02./2/I/3305/2022 tentang Tata Laksana dan Manajemen Klinis Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury) Pada Anak di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Adapun surat keputusan ini dikeluarkan guna memberikan informasi terkait serangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh tenaga medis dan tenaga kesehatan lain dalam melakukan penanganan terhadap pasien gagal ginjal akut.

Sumber: Kemkes.go.id

Infografis Bahaya Asap Rokok - 1

Ada yang Merokok di Rumah ?
Ada yang Merokok di Rumah ?

Zat -zat beracun dari asap rokok menempel di lantai dan perabot atau dalam mobil. Membuka jendela tidak menghilangkan zat-zat ini sampai berhari-hari hingga berminggu-minggu.

Apa yang dapat dilakukan bersama?
Apa yang dapat dilakukan bersama ?
  • Tidak merokok di rumah maupun di mobil
  • Tidak merokok di dekat anak
  • Melarang tamu untuk merokok di rumah atau di dekat anak anda
  • Tidak merokok dalam bentuk vape atau shisha di dekat anak anda
  • Berhenti merokok sama sekali
Demi kesehatan bersama, penting untuk menjaga kondisi lingkungan bebas asap rokok
Demi kesehatan bersama, penting untuk menjaga kondisi lingkungan bebas asap rokok
Tidak ada batas kadar pajanan second -hand dan third - hand smoke yang aman untuk anak.Bahkan sedikit saja dapat merusak paru-paru yang sedang berkembang.Karena itu, demi kesehatan bersama sebaiknya rumah dan mobil dijaga bebas asap rokok. Kondisi bebas asap rokok harus diupayakan bersama,baik perokok aktif maupun bukan.

Efek Ibu Hamil yang merokok pada Janin
Efek Ibu Hamil yang merokok pada Janin
Efek pada janin:
  • Kematian janin
  • Lahir Mati
  • Lahir prematur
  • Berat badan lahir rendah
  • Efek pada Susunan Syaraf Pusat
  • Kelainan jantung kongenital
  • Komplikasi pada pernapasan
Efek Pajanan Rokok pada Anak
Efek Pajanan Rokok pada Anak

 Efek Pajanan Rokok pada anak
  • Kognitif (kecerdasan)
  • Gangguan perilaku
  • Infeksi meningitis
  • Infeksi telinga tengah
  • Meningkatkan infeksi Saluran Pernapasan
  • Bronkhitis
  • Asthma
  • Pneumonia
  • Leukemia
  • Limfoma
  • Profil lipid
  • Meningkatkan risiko saat anastesi
  • Menurunkan proses penyembuhan luka
Sumber: p2ptm.kemkes.go.id

Infografis Fakta tentang Rokok

 

Menghapus konsumsi produk tembakau dapat mencegah jutaan orang meninggal karena serangan jantung dan stroke-WHO

Sayangi jantungmu, hindari asap rokok
Sayangi jantungmu, hindari asap rokok

Rokok menyebabkan lebih dari 2 juta kematian akibat penyakit kardiovaskular setiap tahunnya-WHO
Rokok menyebabkan lebih dari 2 juta kematian akibat penyakit kardiovaskular setiap tahunnya-WHO

Ratusan juta orang pengguna tembakau tidak menyadari tembakau menyebabkan penyakit jantung
Ratusan juta orang pengguna tembakau tidak menyadari tembakau menyebabkan penyakit jantung-WHO

Mengurangi konsumsi tembakau meningkatkan kesehatan global dan mendorong laju pembangunan
Mengurangi konsumsi tembakau meningkatkan kesehatan global dan mendorong laju pembangunan-WHO
Jutaan keluarga kehilangan orang yang dicintai karena dampak konsumsi rokok
Jutaan keluarga kehilangan orang yang dicintai karena dampak konsumsi rokok
Jutaan keluarga kehilangan orang yang dicintai karena dampak konsumsi rokok.Biaya yang digunakan untuk mendukung perawatan penyakit jantung, bukanlah sesuatu yang mudah ditanggung oleh keluarga.Banyak diantara kita menjadi saksi kepala keluarga yang meninggal di usia produktif.Beban yang harus dipikul keluarga karena meninggalnya penyangga ekonomi keluarga, tentu tak terhitung nilainya.

Sumber: p2ptm.kemkes.go.id

Infografis LES - Lupus Eritematosus Sistemik

Lupus Eritematosus Sistemik (LES)
Lupus Eritematosus Sistemik (LES)

Lupus Eritematosus Sistemik (LES)

LES adalah penyakit autoimun sistemik yang ditandai dengan adanya autoantibodi terhadap autoantigen, pembentukan kompleks imun, dan disregulasi sistem imun, menyebabkan kerusakan pada beberapa organ tubuh. LES dapat menyerang satu atau lebih sistem organ.

Pada sebagian orang hanya kulit dan sendinya saja yang terkena, akan tetapi pada sebagian Pasien, lupus lainnya menyerang organ vital seperti Jantung, paru-paru, ginjal, susunan saraf pusat atau perifer. Umumnya tidak ditemukan adanya dua orang pasien lupus terkena sistemik lupus dengan gejala yang persis sama.

Gejala seperti apa yang sering ditemukan pada pasien LES?
Gejala Penyakit LES

Gejala seperti apa yang sering ditemukan pada pasien LES?

Gejala Penyakit LES

Ada beberapa keluhan yang sering ditemukan dari pasien LES antara lain:

  • Sering merasa cepat lelah, kelemahan berkepanjangan
  • Penurunan berat badan
  • Demam yang berkepanjangan
  • Sensitif terhadap matahari
  • Sakit kepala, kelemahan, atau kejang
  • Sakit di dada bila menghirup nafas dalam
  • Riwayat keguguran
  • Riwayat thrombosis arteri atau vena
  • Kerontokan rambut
  • Luka/ulkus pada mulut
  • Ruam pada wajah
  • Sesak nafas

Anamnesis tersebut terutama harus ditanyakan pada pasien terutama pada pasien usia reproduksi dengan anemia, sindroma nefrotik, keguguran berulang, penurunan kesadaran, nyeri sendi dan demam kronik.

Faktor risiko Lupus Eritematosus Sistemik (LES)

Faktor risiko Lupus Eritematosus Sistemik (LES)

Penyebab terjadinya Lupus hingga kini masih belum sepenuhnya diketahui, tetapi gabungan kombinasi dari faktor diluar dan dalam tubuh yaitu hormon, lingkungan dan faktor genetik diduga berinteraksi sebagai penyebabnya.

Faktor Genetik

Gen-gen apa saja yang menjadi penyebab penyakit LES belum diketahui seluruhnya. Sekitar 7 % pasien LES memiliki keluarga dekat (orangtua atau saudara kandung) yang juga terdiagnosa LES. Untuk  kembar identik, kemungkinan  terkena lupus pada salah satunya hanya 30 %.

Faktor Lingkungan

antara lain: Stres, sinar ultraviolet(matahari), infeksi, dan penggunaan obat-obatan tertentu misalnya INH, Hidralazin, Prokainamid, Obat anti kejang, Kaptopril, Klorpromazin, Metildopa, Penisilamin, Quindin, dan beberapa jenis antibiotik

Faktor risiko Lupus Eritematosus Sistemik (LES)
Faktor risiko Lupus Eritematosus Sistemik (LES)

Faktor Hormonal

Kaum perempuan lebih sering terkena penyakit LES dibandingkan dengan laki-laki. Meningkatnya angka pertumbuhan penyakit Lupus sebelum periode menstruasi atau selama masa kehamilan mendukung dugaan bahwa hormon khususnya estrogen dan dan prolaktin menjadi pencetus penyakit Lupus. Akan tetapi belum diketahui pasti penyebab besarnya prevalensi lupus pada perempuan pada periode tertentu.

inilah yang menjelaskan mengapa kaum perempuan lebih sering terkena LES dibandingkan dengan laki-laki.
Pemeriksaan apa saja yang dibutuhkan untuk mendiagnosis LES ?
Diagnosis LES

Pemeriksaan apa saja yang dibutuhkan untuk mendiagnosis LES ?

Diagnosis Lupus Ada beberapa jenis pemeriksaan yang biasanya dianjurkan jika dokter mencurigai seseorang menderita LES

  • Penghitungan sel darah lengkap (complete blood count). Penderita lupus dapat mengalami anemia sehingga dapat diketahui melalui pemeriksaan sel darah lengkap. Selain terjadinya anemia, penderita lupus juga dapat mengalami kekurangan sel darah putih atau trombosit.
  • Analisis urine. Urine pada penderita lupus dapat mengalami kenaikan kandungan protein dan sel darah merah. Kondisi ini menandakan bahwa lupus menyerang ke ginjal.
  • Pemeriksaan ANA (antinuclear antibody). Pemeriksaan ini digunakan untuk memeriksa keberadaan sel antibodi tertentu dalam darah dimana kebanyakan pengidap SLE memilikinya. Sekitar 98% penderita lupus memiliki hasil positif jika dilakukan tes ANA sehingga ini merupakan metode yang paling sensitif dalam memastikan diagnosis.
  • Pemeriksaan imunologi. Di antaranya adalah anti-dsDNA antibody, anti-Sm antibody, antiphospholipid antibody, syphilis, lupus anticoagulant, dan Coombs’ test. Pemeriksaan imunologi tersebut merupakan salah satu kriteria dalam penentuan diagnosis SLE.
  • Tes komplemen C3 dan C4. Komplemen adalah senyawa dalam darah yang membentuk sebagian sistem kekebalan tubuh. Level komplemen dalam darah akan menurun seiring aktifnya SLE.

Pemindaian

  • Ekokardiogram. Ekokardiogram berfungsi mendeteksi aktivitas jantung dan denyut jantung menggunakan gelombang suara. Kerusakan katup dan otot jantung pada penderita lupus, dapat diketahui melalui ekokardiogram.
  • Foto rontgen. Lupus dapat menyebabkan peradangan pada paru-paru, ditandai dengan adanya cairan pada paru-paru. Pemeriksaan Rontgen dapat mendeteksi adanya cairan paru-paru tersebut.
Sumber: p2ptm.kemkes.go.id

LES (lupus Eritematosus Sistemik)

 PENGERTIAN PENYAKIT LES

LES (lupus Eritematosus Sistemik)
Ilustrasi


Penyakit LES merupakan penyakit inflamasi autoimun kronik, dengan etiologi yang belum diketahui. Manifestasi klinis, perjalanan penyakit dan prognosis Penyakit LES sangat beragam. Sistem kekebalan tubuh pada penyakit ini akan mengalami kehilangan kemampuan untuk melihat perbedaan antara substansi asing dengan sel dan jaringan tubuh sendiri. Pada Penyakit LES terjadi produksi antibodi yang berlebihan namun tidak menyerang kuman atau antigen tetapi menyerang sistim kekebalan sel dan jaringan tubuh sendiri. Antibodi seperti ini disebut “auto-antibodi” yang bereaksi dengan antigen “sendiri” membentuk kompleks imun. Kompleks imun yang terdapat dalam jaringan akan mengakibatkan terjadinya peradangan dan kerusakan pada jaringan.

Manifestasi Penyakit LES sangat luas, meliputi keterlibatan kulit dan mukosa, sendi, darah, jantung, paru, ginjal, susunan saraf pusat dan sistem imun. Oleh karena itu manifestasi penyakit LES sangat beragam dengan perjalanan penyakit yang bervariasi dan memiliki risiko kematian yang tinggi, sehingga memerlukan pengobatan yang lama dan seumur hidup. Untuk itu diperlukan pengenalan dini serta penatalaksanaan yang tepat.

Penyakit LES sering dijuluki dengan istilah “great imitator” (peniru yang ulung)/ Penyakit Seribu Wajah mengingat manifestasinya yang beragam. Gejala Penyakit LES dapat terjadi dari ringan sampai berat. Penyakit ini terutama menyerang perempuan usia reproduksi dengan angka kematian yang cukup tinggi.

MEKANISME TERJADINYA PENYAKIT LES

Penyakit LES terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan peningkatan autoantibodi yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal (sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi pada usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari, infeksi, paparan zat kimia). Akibat kombinasi hal-hal tersebut sistem imun tubuh kehilangan kemampuan untuk membedakan antigen dari sel dan jaringan tubuh sendiri. Penyimpangan reaksi imunologi ini akan menghasilkan antibodi secara terus menerus. Antibodi ini juga berperan dalam pembentukan kompleks imun sehingga mencetuskan penyakit inflamasi imun sistemik dengan kerusakan multiorgan.

Dalam keadaan normal, sistem kekebalan berfungsi mengendalikan pertahanan tubuh untuk melawan infeksi. Pada penyakit LES dan penyakit autoimun lainnya, sistem pertahanan tubuh ini berbalik melawan antigen dari tubuh sendiri. Antibodi yang dihasilkan menyerang sel tubuhnya sendiri. Antibodi ini menyerang sel darah, organ dan jaringan tubuh, sehingga dapat terjadi kerusakan organ.

KLASIFIKASI PENYAKIT LES

Secara umum LES dan kelainan terkait Lupus (lupus- related disorder) dapat bermanifestasi dalam beberapa bentuk yaitu:

Lupus Eritematosus Sistemik.

Lupus Eritematosus Sistemik (LES) adalah penyakit autoimun sistemik yang ditandai dengan adanya autoantibodi terhadap autoantigen, pembentukan kompleks imun, dan disregulasi sistem imun, menyebabkan kerusakan pada beberapa organ tubuh. LES dapat menyerang satu atau lebih sistem organ. Pada sebagian orang hanya kulit dan sendinya saja yang terkena, akan tetapi pada sebagian pasien, lupus lainnya menyerang organ vital seperti jantung, paru-paru, ginjal, susunan saraf pusat atau perifer. Umumnya tidak ditemukan adanya dua orang pasien lupus terkena sistemik lupus dengan gejala yang persis sama.

Lupus Kutaneus 

Dapat dikenali dari ruam yang muncul di kulit dengan berbagai tampilan klinis. Pada Lupus jenis ini dapat didiagnosa dengan menguji biopsi dari ruam dengan gambaran khas berupa infiltrate sel inflamasi pada batas dermoepidermal.

Lupus Imbas Obat

Lupus imbas obat (Drug-induced lupus) adalah suatu subset lupus yang didefinisikan sebagai suatu sindroma mirip lupus yang timbul setelah paparan obat dan menghilang setelah obat dihentikan. Pada lupus jenis ini baru muncul setelah pasien lupus menggunakan jenis obat tertentu dalam jangka waktu tertentu (lebih dari 1 bulan). Ada lebih dari 80 jenis obat yang dapat menyebabkan Lupus imbas obat. Salah satu contoh obat yang paling dikenal menimbulkan Lupus imbas obat adalah akibat penggunaan obat-obatan hydralazine (untuk mengobati darah tinggi) dan procainamide (untuk mengobati aritmia). Akan tetapi tidak semua penderita yang menggunakan obat-obatan ini akan berkembang menjadi Lupus imbas obat, hanya sekitar 4% orang-orang yang menggunakan obat-obatan tersebut yang akan berkembang menjadi Lupus imbas obat dan gejala akan mereda apabila obat-obatan tersebut dihentikan. Gejala dari Lupus imbas obat dapat serupa dengan sistemik lupus namun memiliki profil autoantibody tersendiri dan gejala umumnya akan membaik setelah obat dihentikan.

Sindroma Overlap, undifferentiated connective tissue disease (UCTD), dan mixed connective tissue disease (MCTD)

Pada sebagian pasien LES ternyata ditemukan juga menifestasi klinis lain yang memenuhi kriteria diagnostik penyakit autoimun lain seperti arthritis rheumatoid, scleroderma, atau myositis. Ada pula pasien LES yang juga memiliki gejala penyakit autoimun lain namun belum lengkap untuk didiagnosis penyakit autoimun tertentu. Kelompok pasien tersebut dapat dikelompokkan menjadi sindroma overlap (overlap syndrome), undifferentiated connective tissue disease (UCTD) dan mixed connective tissue disease (MCTD).

FAKTOR RISIKO PENYAKIT LES

Faktor penyebab terjadinya penyakit LES hingga kini masih belum sepenuhnya diketahui tetapi pengaruh lingkungan dan faktor genetik, hormon diduga sebagai penyebabnya.

Faktor-faktor tersebut adalah:

Faktor Genetik: Gen-gen apa saja yang menjadi penyebab penyakit LES belum diketahui seluruhnya. Sekitar 7 % pasien LES memiliki keluarga dekat (orangtua atau saudara kandung) yang juga terdiagnosa LES. Untuk kembar identik, kemungkinan terkena Lupus pada salah satu dari kedua kembar hanya 30%.

Faktor lingkungan sangat berperan sebagai pemicu LES, misalnya infeksi, stress, makanan, antibiotik (khususnya kelompok sulfa dan penisilin), cahaya ultra violet (matahari) dan penggunaan obat – obat tertentu.

Faktor hormonal: Faktor hormonal dapat menjelaskan mengapa kaum perempuan lebih sering terkena penyakit LES dibandingkan dengan laki-laki. Meningkatnya angka pertumbuhan penyakit LES sebelum periode menstruasi atau selama masa kehamilan mendukung keyakinan bahwa hormon, khususnya estrogen menjadi pencetus penyakit LES. Akan tetapi hingga kini belum diketahui secara lengkap peran hormon apa saja yang menjadi penyebab besarnya prevalensi LES pada perempuan pada periode tertentu.



Deteksi Dini dan Penemuan Kasus LES

Deteksi Dini

Deteksi dini dapat dilakukan pada masyarakat berisiko Penyakit LES di Posbindu PTM menggunakan formulir SALURI (Periksa Lupus Sendiri) dan di Puskesmas atau di sarana pelayanan kesehatan lainnya bagi masyarakat yang dicurigai menderita penyakit LES.

Kecurigaan penyakit LES bila ditemukan 4 (empat) atau lebih kriteria di bawah ini:

  1. Perempuan muda yang mengalami gangguan dua organ atau lebih.
  2. Gejala konstitusional: kelelahan, demam (tanpa bukti infeksi) dan penurunan berat badan.
  3. Muskuloskeletal: artritis, artralgia, miositis.
  4. Kulit: ruam kupu-kupu (butterlly atau malar rash), fotosensitivitas, lesi membrana mukosa, alopesia (kebotakan), fenomena Raynaud, purpura, urtikaria, vaskulitis.
  5. Ginjal: hematuria, proteinuria, silinderuria, sindroma nefrotik
  6. Gastrointestinal: mual, muntah, nyeri abdomen
  7. Paru-paru: pleurisy, hipertensi pulmonal, lesi pada parenkhim paru.
  8. Jantung: perikarditis, endokarditis, miokarditis
  9. Retikulo-endotel: organomegali (limfadenopati, splenomegali, hepatomegali)
  10. Hematologi: anemia, leukopenia, dan trombositopenia
  11. Neuropsikiatri: psikosis, kejang, sindroma otak organik, mielitis transversus, gangguan kognitif neuropati kranial dan perifer.

Kecurigaan tersebut dilanjutkan dengan melakukan penapisan terhadap  penyakit lainnya.Jika ditemukan gejala-gejala di atas dimintakan untuk mewaspadai kemungkinan penyakit LES dan dilanjutkan dengan melakukan rujukan.

SALURI (Periksa Lupus Sendiri):

  1. Demam lebih dari 380C dengan sebab yang tidak jelas
  2. Rasa lelah dan lemah berlebihan
  3. Sensitif terhadap sinar matahari
  4. Rambut rontok
  5. Ruam kemerahan berbentuk kupu-kupu yang sayapnya melintang dari pipi ke pipi
  6. Ruam kemerahan dikulit
  7. Sariawan yang tidak sembuh-sembuh terutama di atap rongga mulut
  8. Nyeri dan bengkak pada persendian terutama di lengan dan tungkai, menyerang lebih dari 2 sendi dalam jangka waktu lama
  9. Ujung-ujung jari tangan dan kaki menjadi pucat hingga kebiruan saat udara dingin
  10. Nyeri dada terutama saat berbaring dan menarik nafas
  11. Kejang atau kelainan saraf lainnya
  12. Kelainan hasil pemeriksaan laboratorium (atas anjuran dokter):

  • Anemia : Penurunan kadar sel darah merah
  • Leukositopenia : Penurunan sel darah putih
  • Trombositopenia : penurunan kadar pembekuan darah
  • Hematuria dan proteinuria : darah dan protein pada pemeriksaan urine
  • Positif ANA dan atau Anti ds-DNA

Bila anda menjawab “Ya” untuk minimal 4 pertanyaan, ada kemungkinan anda terkena lupus. Segera konsultasikan dengan dokter puskesmas atau rumah sakit setempat.

Sumber: p2ptm.kemkes.go.id

Cari disini:

Popular Posts