Cari disini

Showing posts with label Cirebon Regency. Show all posts
Showing posts with label Cirebon Regency. Show all posts

Bupati Cirebon, H. Imron M.Ag, Melakukan Rotasi dan Mutasi Ratusan Pejabat di Lingkungan Pemkab Cirebon, Bulan Oktober rencana ada lagi

Cirebon, 9 Juni 2023 - Bupati Cirebon, H. Imron M.Ag, kembali melakukan rotasi dan mutasi terhadap

Bupati Cirebon, H. Imron M.Ag, Melakukan Rotasi dan Mutasi Ratusan
Pejabat di Lingkungan Pemkab Cirebon, Bulan Oktober rencana ada lagi

ratusan pejabat di lingkungan Pemerintah Kabupaten Cirebon pada Jumat, 9 Juni 2023. Kali ini, rotasi dan mutasi dilakukan pada pejabat administrator, pengawas, dan fungsional. Pengambilan sumpah dan pelantikan pejabat-pejabat baru tersebut berlangsung di Pendopo Bupati di Jalan Kartini, Kota Cirebon.

Rotasi dan mutasi pejabat di lingkungan Pemkab Cirebon ini merupakan bagian dari rencana awal yang telah dijadwalkan setelah pelantikan pejabat fungsional di Dinas Pendidikan beberapa hari sebelumnya. Jumlah total pejabat yang mengalami mutasi dan rotasi sebanyak 274, dengan 177 pejabat mengalami rotasi mutasi dan 92 pejabat mendapatkan promosi.

Bupati Imron menjelaskan bahwa mutasi, rotasi, dan promosi dalam pemerintahan adalah hal yang biasa terjadi. Menurutnya, hal ini merupakan hak dan kewajiban bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Namun, proses mutasi dan rotasi pejabat di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil), Inspektorat, dan posisi camat harus mendapatkan persetujuan dari pemerintah pusat. Oleh karena itu, pelaksanaan rotasi dan mutasi memakan waktu yang cukup lama dan baru dapat dilaksanakan pada tanggal 9 Juni 2023 ini.

Seperti yang dilansir dari suaracirebon.com, Imron juga menyampaikan bahwa evaluasi kinerja pejabat yang mengalami pergeseran tersebut dilakukan oleh Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan (Baperjakat). Terkait dengan kabar rencana mutasi yang dilaporkan akan kembali dilaksanakan pada bulan Oktober mendatang, Imron menyebutnya sebagai rencana belaka. Sebagai hal yang lazim, rencana tersebut dapat terlaksana atau tidak tergantung pada berbagai faktor.

Imron berharap para pejabat yang baru dilantik dapat membawa kemajuan di tempat tugas baru mereka. Ia juga mengharapkan agar mereka dapat menjalankan tugas pokok dan fungsi mereka dengan baik. Sebelumnya, Imron menjelaskan bahwa pelantikan ratusan pejabat eselon III di lingkungan Pemkab Cirebon tidak dilaksanakan secara bersamaan dengan pelantikan pejabat fungsional di Dinas Pendidikan beberapa hari sebelumnya. Hal ini dilakukan karena jumlah pejabat eselon III yang dilantik cukup banyak.

Bupati Imron menambahkan bahwa pemisahan waktu pelantikan dilakukan agar tidak terlalu banyak pejabat yang dilantik secara bersamaan.

Dikutip dari berbagai sumber.

Bupati Cirebon rotasi dan mutasi 274 Pegawai di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Cirebon

Bupati Cirebon rotasi dan mutasi 274 Pegawai di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Cirebon
Drs. H. Imron, M.Ag Melantik dan Mengambil Sumpah
274 Pegawai di Pemerintah Kabupaten Cirebon
Drs. H. Imron, M.Ag Melantik dan Mengambil Sumpah 274 Pegawai di Pemerintah Kabupaten Cirebon

Pendopo Bupati Cirebon menjadi saksi pelantikan dan pengambilan sumpah 274 pegawai menjadi pejabat administrator, pengawas, dan fungsional di lingkungan Pemerintah Kabupaten Cirebon. Acara tersebut berlangsung pada Jumat, 9 Juni 2023.

Dalam sambutannya, Drs. H. Imron, M.Ag menyatakan bahwa mutasi, rotasi, dan promosi di pemerintahan adalah hal yang umum terjadi. Menurutnya, ini merupakan hak dan kewajiban pegawai negeri sipil (PNS) untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat.

Imron mengungkapkan bahwa dalam mutasi hari ini, terdapat 274 pegawai yang terdiri dari 177 orang yang mengalami rotasi dan 92 orang yang mendapatkan promosi. Ia berharap para pegawai yang baru dilantik dapat membawa kemajuan di tempat tugas baru mereka dan menjalankan tugas dan fungsi dengan baik.

Imron juga menekankan pentingnya adaptasi, pembelajaran, dan pemahaman terhadap tugas pokok dan fungsi jabatan yang baru. Selain itu, ia mendorong pentingnya membangun koordinasi, komunikasi, dan kerjasama yang efektif dengan atasan dan bawahan secara berjenjang.

Proses mutasi, rotasi, dan promosi ini membutuhkan waktu yang cukup lama, kata Imron. Beberapa posisi jabatan memerlukan izin dari pemerintah pusat, seperti camat, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil), dan Inspektorat.

Imron menjelaskan bahwa mutasi ini merupakan evaluasi kinerja pegawai di lingkungannya dan menjadi tolok ukur untuk pergeseran jabatan. Meskipun ada beberapa pejabat yang belum genap satu tahun bekerja, mereka tetap terkena rotasi berdasarkan penilaian kinerja dan evaluasi.

Melalui pertimbangan Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan (Baperjakat), pejabat tersebut ditempatkan di jabatan baru baik melalui rotasi maupun promosi. Imron mengakhiri sambutannya dengan harapan agar para pegawai yang baru dilantik dapat memberikan kontribusi yang positif dalam menjalankan tugas mereka di tempat yang baru.

Dikutip dari berbagai sumber

Gaun Pengantin Adat Cirebon, Filosofinya dan Penjelasannya

Tata Rias Pengantin Cirebonan Kebesaran
Tata Rias Pengantin Cirebonan Kebesaran

Perlu kiranya kita mengenal dalam acara pernikahan dalam adat daerah Wong Cirebon,dan kita juga perlu tau apa maksud dan arti pakaian yang kita kenakan ketika acara Sakral Pernikahan yang pernah kita pakai mari kita simak penjelasan dibawah ini agar kita mengenal adat budaya Wong Cirebon,tentunya kita harus bangga sebagai Wong Cirebon Jeh

Busana pengantin Cirebon ada dua macam,yang berwarna hijau kombinasi ungu dengan model kemben dan dilengkapi teratai yang sewarna dengan kemben pada bahu dan dadanya,disebut pakaian pengantin corak kebesaran,sedangkan yang model kebaya dan jas dari beludru hitam atau hijau disebut busana pengantin bercorak Kepangeran.

Sejak tahun 1985,busana pengantin yang lazim digunakan oleh dua Keraton Cirebon yakni Kasepuhan dan Kanoman ditetapkan sebagai busana pengantin Cirebon maka busana pengantin kedua keraton kini resmi sebagai busana adat pengantin Cirebon,karena berasal dari dua keraton mka busana pengantin Cirebon pun terbagi menjadi dua macam yakni busana pengantin Kepangeran yang berasal dari Keraton Kasepuhan dan Busana pengantin kebesaran yang berasal dari Keraton Kanoman,tapi karena kedua keraton tersebut yang memang pada awalnya merupakan keraton yang sama maka tak heran kiranya jika kemudian aksesoris yang dipakai dalam busana pengantin kedua keraton ini memiliki kesamaan satu sama lain,begitupun dengan makna-makna dari simbol yang terkandung didalamnya sbb :

Baca Juga: Baju Pakaian Adat Cirebon

1.Busana Pengantin Wanita

Busana yang dikenakan oleh pengantin wanita untuk menutup bagian atas tubuhnya digunakan kemben hijau yang berhiaskan Manik-manik warna keemasan dan untuk menutup bagian bawah sendiri digunakan kain berlancar dan dodot Cirebonan dengan warna dasar Violet muda yang diberi motif dengan bentuk besar-besar disetiap pojoknnya,sedangkan untuk bagian dada hingga ke leher digunakan tratean,yaitu sebuah kain yang berbentuk melingkar yang fungsinya untuk menutup bagian dada,bahu hingga ke belikat.Untuk warna,motif dan bahan yang digunakan untuk teratean ini disesuaikan dengan motif,warna dan bahan yang digunakan untuk kemben agar telihat senada dan tak terkesan tumpang tindih.makna yang terkandung dalam teratean ini sendiri adalah berasal dari kata teratai yaitu sejenis bunga yang tumbuh di air dan limpur tapi memiliki bunga yang sedemikian indah,jadi dengan kata lain makna dari terataian ini adalah bahwa pengantin wanita ini ibarat bunga teratai yang sedang mekar,dan tak penting lagi ini seperti apa asal usulnya ,dari mana berasal,dan sebagainya,

Untuk aksesoris yang dipakai pengantin wanita sendiri adalah antara lain Mahkota Suri berhias permata asem jarot yang dikenakan di kepala di kepala yang telah bersanggul,makna dan simbol yang terkandung dalam mahkota yang terpasang di kepala ini sendiri adalah bahwa mulai hari itu sang mempelai wanita merupakan seorang ratu,baik saat ini selaku pengantin maupun hingga nanti sebagai ratu bagi suami dan rumah tangganya,disamping itu dengan memakai mahkota seperti ratu itu diharapkan nantinya dalam mengarungi rumah tangga sang perempuan bersikap layaknya ratu yang tiap laku lampahnya menyorotkan sinar keagungan,menjaga kehormatan suaminya dan sebagainya.

Kemudian aksesoris lain yang dipakai oleh pengantin perempuan adalah untaian bunga melati yang menjuntai dari pelipis hingga kedada,giwang yang dikenakan di telinga kiri kanan,cincin yang dikenanakan di kedua jari manis,kalung tiga susun yang seolah-olah tertempel pada teratean untuk menghiasi leher dan dada,kelat bahu berbentuk naga yang dikenakan dibagian lengan dekat bahu yang bermakna bahwa sang pengantin tetap siap secara fisik maupun mental untuk mengarungi bahtera rumah tangga,gelang kono yang dipakai di kedua pergelangan tangan yang dari bentuknya yang membulat memiliki makna atau simbol dari kebulatan tekad,sabuk yang melingkar di pinggang yang terbuat dari emas atau logam lain yang disepuh dengan warna keemasan dan yang terakhir adalah selop berhias manik-manik yang motif dan warnanya disesuaikan dengan warna kemben dan teratean pada bagian dada.

Jika kita amati,busana pengantin dan aksesoris yang dipakai oleh mempelai wanita ini didominasi oleh kedua jenis warna yakni hijau dan kuning,ini jelas bukan sekedar warna tanpa makna,warna hijau dalam tradisi islam merupakan manifestasi  dari kata Rahmaan dan kuning sendiri adalah simbol warna untuk kata Rahiim,jadi kedua warna tadi yaitu hijau dan kuning merupakan simbol dari kalimat BASMALAH yang merupakan kalimat yang selalu diucapkan umat islam setiap akan melakukan sesuatu.Basmalah adalah gerbang dari segala perbuatan kedepan yang akan dilakukan,untuk itu dengan hijau dan kuning yang berarti mengucap Basmalah,mengingat kepada sang pengantin bahwa perkawinan ini haruslah diawali dengan niat baik demi untuk menggapai Ridho Allah.


2.Busana Pengantin Pria

Pada bagian kepala pengantin Pria dikenakan sebuah mahkota yang berbentuk bundar dan menyempit keatas dengan tinggi sekitar 25 cm,dan terbuat dari bahan berudru berwarna hijau yang dilapisi dengan emas dan permata disekeliling lingkarannya,makna simbolik dari mahkota yang disebut sebagai mahkota Prabu Kresna ini adalah bahwa dengan memakai mahkota ini diharapkan nantinya sang pengantin pria kelak ketika memimpin rumah tangganya memiliki kecakapan seperti halnya Prabu Kresna yang dikenal sangat adil,bijaksana,dan tangguh dalam menlindungi keluarganya.

Untuk bagian atas tubuh pengantin pria dikenakan baju oblong berwarna putih atau gading,baju ini berlengan pendek,kemudian untuk menutupi bagian dada seeperti hanya pada pengantin perempuan,dikenakanlah teratean dengan motif dan warna yang sama persis dengan yang dikenakan oleh pengantin perempuan yang memiliki makna bahwa keduanya memang sehati dan suyunan dalam memutuskan menjadi suami istri,satu-satunya yang membedakan teratean yang dikenakan oleh pengantin pria dengan pengantin perempuan ini hanyalah pada masalah bentuk saja,disesuaikan dengan lambang yoni dan lingga.

Untuk bagian bawah pengantin pria mengenakan celana tiga perempat yang jatuh beberapa centi dibawah lutut,celana yang pada bagian bawahnya terdapat sulaman benang emas ini terbuat dari beludru yang berwarna senada dengan baju yang dikenakan,pengantin pria juga memakai kain Dodot Khas Cirebon dipinggangnya lalu diatas Dodot batik itu dililitkan satu helai stagen Cinde dan diperkuat dengan kamus epek timang yang juga terbuat dari beludru.

Tak ketinggalan juga selendang dan satu Dodot Kewer yang menhiasi kedua pahanya dibagian depan agak menyamping,dan yang terakhir adalah Keris yang dikenakan dibagian pinggang dengan hiasan ombyok dari bunga mawar disela-sela gagangnya,makna dari keris ini sendiri adalah untuk mengingatkan kepada mempelai pria bahwa dia harus melindungi keluarganya dari bahaya yang datang dari luar,menjaga keselamatan keluarga merupakan kehormatan terbesar bagi laki-laki.

Untuk aksesoris lain yang dipakai hampir sama seperti yang dipakai oleh mempelai yakni Cincin,Kalung,Kelat bahu berbentuk Naga,Gelang kuno dan sebagainya.

Dikutip dari berbagai sumber

Baju atau Pakaian Adat Cirebon

Pakaian Dinas Adat Cirebonan
Update: Pakaian Dinas Adat Cirebonan

baju adat cirebon Batik Jasko


Tata Rias Pengantin Abah-abah Bondan Cirebon
Tata Rias Pengantin Abah-abah Bondan Cirebon

Tata Rias Pengantin Cirebonan Kebesaran
Tata Rias Pengantin Cirebonan Kebesaran

Tata Rias Pengantin Cirebonan Pangeranan
Tata Rias Pengantin Cirebonan Pangeranan


Tata Rias Adat dan Baju Pengantin Adat Pernikahan Cirebon..

1. Njegog atau tetali (meminang)
Utusan pihak pria datang ke rumah orangtua gadis dan menyampaikan maksud kedatangannya meminang anak gadis. Lalu ibu si gadis akan memanggil anaknya untuk dimintai persetujuan. Si gadis pun memberikan jawaban disaksikan utusan tersebut. Setelah mendapat jawaban, utusan dan orangtua si gadis langsung berembug menentukan hari pernikahan. Setelah ada kesepakatan, utusan mohon diri untuk menyampaikan kepada orangtua pihak pria.

Seserahan
Pada hari seserahan, orangtua gadis didampingi keluarga dekatnya menerima kedatangan utusan pihak pria yang disertai rombongan pembawa barang seserahan, antara lain: pembawa buah-buahan, umbi-umbian, sayur-mayur, pembawa mas picis yaitu mas kawin berupa perhiasan dan uang untuk diserahkan kepada orangtua gadis.

2. Siram Tawandari
Kedua calon pengantin oleh juru rias dibawa ke tempat siraman (cungkup) dengan didampingi orangtua dan sesepuh. Saat berjalan menuju tempat siraman dengan iringan gending nablong, calon pengantin memakai sarung batik khas Cirebonan yakni kain wadasan.
Biasanya berwarna hijau yang melambangkan kesuburan. Sebelum siraman, dada dan punggung calon pengantin diberi luluran lalu juru rias mempersilahkan orangtua dan sesepuh untuk bergantian menyirami. Setelah selesai, air bekas siraman diberikan kepada anak gadis dan jejaka yang hadir dengan maksud agar mereka dapat segera mengikuti jejak calon pengantin. Upacara ini dinamakan bendrong sirat yaitu air bekas siraman disirat-siratkan atau dipercik-percikan pada anak gadis dan jejaka yang datang ke acara ini.

Ziarah ke Astana Gunung Jati
Apabila calon pengantin masih merupakan keturunan dari Keraton Cirebon biasanya sebelum acara pernikahan dilaksanakan, calon pengantin akan melakukan ziarah ke makam Sunan Gunung Jati dan leluhur raja-raja Cirebon untuk mendapatkan restu.

Parasan
Setelah acara siraman, upacara dilanjutkan dengan acara parasan untuk calon pengantin wanita atau ngerik yaitu membuang rambut halus yang dilakukan juru rias seraya disaksikan oleh orangtua dan para kerabat. Acara ini diringi dengan musik
karawitan moblong yang artinya murub mancur bagaikan bulan purnama.

3. Tenteng Pengantin
Tiba hari pernikahan yang telah disepakati, pihak gadis mengirimkan utusannya untuk menjemput calon pengantin pria. Setiba di rumah keluarga pria dan utusan menyampaikan maksud kedatangannya untuk menenteng (membawa) calon pengantin pria ke tempat upacara pernikahan di rumah pihak gadis. Orangtua pengantin pria tidak ikut dalam upacara akad nikah dan dilarang untuk menyaksikan. Pada waktu ijab qabul, calon pengantin pria ditutup dengan kain milik ibu pengantin wanita.
Hal ini menandakan bahwa pria itu telah menjadi menantunya. Setelah selesai kain itu diambil kembali, yang menandakan bahwa pengantin sudah tidak lagi dalam perlindungan orangtua dan sekarang memiliki tanggung jawab sendiri.

4. Salam Temon
Selesai akad nikah dilakukan upacara salam temon (bertemu). Kedua pengantin dibawa ke teras rumah atau ambang pintu untuk melaksanakan acara injak telur. Telur yang terdiri dari kulit, cairan warna putih dan kuning di dalamnya mengandung makna:
kulit sebagai wadah/tempat, putih adalah suci/pengabdian seorang istri, kuning lambang keagungan. Dengan begitu segala kesucian dan keagungan sang istri sejak saat itu sudah menjadi milik suaminya. Alat yang digunakan antara lain pipisan atau sejenis batu persegi panjang/segi empat yang dibungkus dengan kain putih. Pengantin pria menginjak telur melambangkan perubahan statusnya dari jejaka menjadi suami dan ingin membina rumah tangga serta memiliki keturunan.
Pengantin wanita membasuh kaki suaminya yang melambangkan kesetiaan dan ingin bersama-sama membina rumah tangga yang bahagia. Sebelum membasuh kaki, pengantin wanita melakukan sungkem pada suaminya. Bila pengantin berasal dari keluarga yang cukup berada, biasanya saat acara salam temon ini diadakan acara gelondongan pangareng yaitu membawa upeti berupa barang (harta) yang lengkap.

5. Sawer atau Surak
Acara ini diadakan sebagai bentuk ungkapan rasa bahagia orangtua atas terlaksananya pernikahan anak-anak mereka. Uang receh yang dicampur dengan beras kuning dan kunyit ditaburkan sebagai tanda agar kedua pengantin diberikan limpahan rezeki, dapat saling menghormati, hidup harmonis dan serasi.

6. Pugpugan Tawur
Dengan posisi jongkok, kepala pengantin ditaburi pugpugan oleh juru rias. Pugpugan ini terbuat dari welit yaitu ilalang atau daun kelapa yang sudah lapuk. Acara ini bertujuan agar pernikahan dapat awet bagaikan welit yang terikat erat sampai lapuk serta keduanya dapat memanfaatkan sebaik mungkin rezeki yang mereka dapatkan dengan baik. Selesai acara, oleh juru rias, pengantin dibawa ke pelaminan. Orangtua pengantin pria lalu dijemput oleh kerabat dari pengantin wanita untuk bersama-sama mendampingi pengantin di pelaminan.

7. Adep-adep Sekul (makan nasi ketan kuning)
Acara pengantin makan nasi ketan kuning ini dipimpin oleh juru rias. Nasi ketan kuning ini dibentuk seperti bulatan kecil berjumlah 13 butir. Pertama, orangtua pengantin wanita menyuapi pengantin sebanyak empat butir. Dilanjutkan dengan orangtua pihak pria memberi suapan sebanyak empat butir. Lalu empat butir lagi, kedua pengantin bergantian saling menyuapi. Sisanya satu butir untuk diperebutkan, siapa yang mendapatkan butiran nasi ketan kuning terakhir melambangkan bahwa dialah yang akan mendapatkan rezeki paling banyak .
Namun rezeki ini tidak boleh dimakan sendiri dan harus dibagi pada pasangannya. Saat acara berlangsung, kedua pengantin duduk berhadapan yang melambangkan menyatunya hati suami-istri untuk membina rumah
tangga bahagia. Selain itu, acara adep-adep sekul ini juga mengandung arti kerukunan dalam rumah tangga, yaitu terhadap pasangannya, orangtua, serta mertua.

8. Sungkem pada Orangtua
Kedua pengantin melakukan sembah sungkem pada orangtua dengan cara mandap (berjongkok) yang merupakan cerminan rasa hormat dan terima kasih kepada orangtua atas segala kasih sayang dan bimbingan yang selama ini dicurahkan kepada anaknya. Kedua pengantin juga memohon doa restu untuk membina rumah tangga sendiri bersama pasangan. Setelah acara sungkem, dilagukan kidung Kinanti dengan harapan agar pengantin dapat menjalankan bahtera rumah tangganya seia, sekata, sehidup, semati.

9. Pemberian doa restu, ucapan selamat, dan hiburan
Setelah memperoleh restu dari orangtua, pengantin mendapatkan ucapan selamat berbahagia dari sanak kerabat yang hadir. Biasanya juga diadakan acara hiburan seperti tari-tarian yaitu tari topeng cirebon, tari bedaya cirebon dan tari tayub.

dikutip dari berbagai sumber

Empal Gentong (a spicy curry-like beef soup)

Empal gentong is a spicy curry-like beef soup originated from Cirebon, West Java. This soup is similar to gulai that usually cooked with firewood stove in gentong (Javanese for: clay pot). The ingredients are parts of beef meat, intestine, tripes, lungs, etc. cooked in curry-like spices in coconut milk, kucai and sambal in the form of chilli powder. Empal gentong can be eaten with steamed rice, ketupat or lontong.


this is a kind of curried soup with beef. It’s cooked with coconut milk and usually served with rice or lontong (steamed rice in banana leaf). Usually will be served with a chili powder especially made for this dish. Mostly Empal Gentong is a mix of meat and innards/entrails so request meat only (daging saja) if you’re not keen on the latter. 
Empal gentong originated from Battembat village, kecamatan Tengah Tani, Cirebon regency.  You will find this dish served all over Cirebon with many in and near the train station.

Tahu Gejrot (Fried tofu in salty soysouce)

Tahu Gejrot

this is a small portion of tofu served on a small clay plate. The vendor will usually be carrying 2 large baskets across his shoulders and walking around selling this. He will wait while you eat and when you finish collect the clay plate from you. The dish is fried tofu served in a sauce made from onions, tamarind, chillies, soy sauce and Javanese brown sugar. I guess there are various recipes but these are the basic ingredients as far as I know. If you are a tofu lover you should really enjoy this dish. Remember to ask for (sedang) if you’re not into spicy food this dish can be very hot sometimes.















Belawa Turtle Park (Taman Kura-kura Belawa)

Belawa Turtle Park (Taman Kura-kura Belawa)
Belawa Turtle Park (Taman Kura-kura Belawa)

This is a small place that may be of interest to animal lovers, situated about 20 km from Cirebon city centre. The turtles (not sure if they are turtles/terrapins or tortoise) here are endemic to this small area outside Cirebon. The Latin name for this species is "Tortoise Aquatic Ortilia Norneensis". They grow to be about 100kg or more. I have tried to contact turtle conservation groups for more info on these turtles but have not been successful. The myths of the local people says that they cannot be raised/bred anywhere but this area. There are stories of people taking these turtles away to other places but the turtle always die or disappear from their new surroundings. There is a breeding program here to try and repopulate this very rare species of turtle. Unfortunately like many places in Indonesia they are under-funded so the place isn't really too nice. The workers will gladly show you around and if your lucky you may get to see hatchlings breaking out of their eggs.

Since I was last at this place about 70% of the turtle population contracted a disease and died. I have heard that many of the big ones have gone now, such a shame as there were turtles here over 100 years old. After the tragedy there was some money injected into this small park to improve water and living conditions so I can't comment on the state of the place now. There is a legend surrounding these turtle and a local boy hundreds of years ago

Belawa Turtle Park (Taman Kura-kura Belawa)
Belawa Turtle Park (Taman Kura-kura Belawa)

Also having trouble locating the place on google so again I will update soon with google link. It is in the Kanci area 20 Km East of Cirebon off the main coast road.

Sunyaragi Cave (Gua Sunyaragi)

 Sunyaragi Cave is one of the cultural heritage, which located in Kesambi, Cirebon with the land area of 15 hectares. Based on its history, Sunyaragi Cave was built for meditation as well as the rest place of Sultan Cirebon and his family.

Sunyaragi Cave (Gua Sunyaragi)
Even though this place is called Sunyaragi Cave, it isn't really a cave. This is a man made building but it has a very unique construction. It was built in 1703 by one of the sultans of Cirebon as a water palace to relax with his harem. The locals say it is built from coral but I've yet to find out if that's true. In the 1800's the place was renovated by a Chinese architect and they say he was killed after so as not to reveal the secrets of the palace. Anyway, there are many stories surrounding this unusual building which I will translate and research some more. If your in Cirebon it's definitely worth taking an hour or so to look around this maze of man made madness.

Sunyaragi Cave is a great place to visit and explore, especially for you who loves and interest in explore a cultural heritage site. The reason why I visit this heritage site is because I really love to explore its unique, which combined the architecture of Indonesian ancient and western architecture. This place is worth to visit within 1 hour and the place is located in the side of the road by pass Brigadier Dharsono. Based on my experience, the best way to get there is by a taxi since the location of the cave is quite far from the city centre. This is located on the ring-road (by-pass). Easily reached by pedicab from the town centre. By car head North on the by-pass and you will see the building on you left before a set of traffic lights. Turn left at the lights and the car park is on the left as soon as you turn.

However, based on the perspective of my visit I found that this heritage site is looked not too 'well preserved' by the local government. I think this heritage site would bring a lot of notable experiences and become an important historical lessons for the tourists if there are also like a board full of explanations about the history, function, facts and site-map about the site. 

source:
http://www.tripadvisor.com/Attraction_Review-g297707-d3331629-Reviews-Sunyaragi_Cave-Cirebon_West_Java_Java.html
http://cirebontouristinformation.blogspot.com/2010/09/gua-sunyaragi-sunyaragi-cave.html

Cari disini:

Popular Posts