Cari disini

Showing posts with label Artikel Kesehatan. Show all posts
Showing posts with label Artikel Kesehatan. Show all posts

Prof. Dante Usulkan Global Fund Fokus Penanganan COVID-19, HIV, TBC, dan Malaria di Asia Tenggara

Wakil Menteri Kesehatan RI Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono selaku Alternate Board Member (ABM) Country Coordinating Mechanism (CCM) Asia Tenggara mengusulkan 2 rekomendasi pada pertemuan Board Meeting Bersama Global Fund pada 15-17 November 2022 di Geneva, Switzerland.

Prof. Dante Usulkan Global Fund Fokus Penanganan COVID-19, HIV, TBC, dan Malaria di Asia Tenggara
Prof. Dante Usulkan Global Fund Fokus Penanganan COVID-19, HIV, TBC, dan Malaria di Asia Tenggara

Di tengah konteks ekonomi yang bergejolak terkait Seventh Replenishment, para donor mengonfirmasi untuk memberikan komitmen bantuan sebesar 14.282 Miliar USD. Selanjutnya, total replenishment mencapai 15,465 miliar USD.

Konstituensi Asia Tenggara yang terdiri dari Prof. Dante, Lovita Grace Tewu, Pusat Kebijakan Global dan Teknologi Kesehatan, dan Ahmad Samhari Baswedan, Sekretaris Eksekutif CCM Indonesia ingin mengusulkan dua rekomendasi antara lain :

Pertama, untuk meningkatkan total dana, kami mendukung Sekretariat untuk terlibat dengan FIF, dan melanjutkan upaya dalam melibatkan donor, serta sektor swasta.

''Untuk meningkatkan ketepatan penggunaan dana, kami sangat meminta alokasi negara, Covid-19 Respons Mechanism (C19RM), dan investasi berkelanjutan di negara-negara yang paling terkena dampak, termasuk negara-negara Asia Tenggara,'' ujar Wamenkes Prof. Dante.

Berdasarkan WHO Global Health Observatory, di Asia Tenggara, kasus HIV menjadi tertinggi ke-2, yaitu 3,8 juta setelah Afrika. Begitupun dengan angka kematian menjadi tertinggi kedua yakni 86.000 kematian setelah Afrika.

Selain itu, berdasarkan Global TB Report 2022 insiden tuberkulosis juga menjadi tertinggi, 4,8 dari 10,6 juta atau 45% dari insiden global. Kematian tuberkulosis tertinggi 0,76 dari 1,38 juta atau 55% dari kematian global. Sedangkan cakupan pengobatan hanya 62%.

Di Indonesia belum sepenuhnya terbebas dari Malaria, dengan perkiraan 5 juta kasus dan hampir 9.000 kematian.

''Oleh karena itu, sangat penting untuk memastikan bahwa perpanjangan the Covid-19 Response Mechanism (C19RM), investasi katalitik, dan alokasi negara di masa depan menjadi prioritas investasi di Asia Tenggara,'' ucap Prof. Dante.

Negara-negara Asia Tenggara tetap mendukung, tidak hanya sebagai pelaksana, tetapi juga sebagai donor. Kami berterima kasih kepada Sekretariat untuk mengelaborasi skenario ''Base Case''. Ini memberi kejelasan tentang bagaimana sumber tambahan anggaran dan pengeluaran (untuk investasi operasional dan katalitik) dihitung untuk alokasi.

CCM sebagai pengelola hibah Global Fund akan fokus pada optimalisasi pengendalian HIV/AIDS, TBC, dan malaria. Country Coordinating Mechanism (CCM) adalah organisasi beranggotakan perwakilan multi-sektor di tingkat nasional, yang bertugas melakukan penyusunan proposal yang dikirimkan kepada Global Fund. CCM juga melaksanakan pengawasan hibah Global Fund di negara penerima.

Sumber: Kemkes.go.id

Artikel Terkait:

Pemerintah Daerah Pidie Aceh Menetapkan Status KLB Polio

Pemerintah Daerah Pidie Aceh Menetapkan Status KLB Polio
IIlustrasi Vaksin Polio

Pada awal November 2022 ditemukan satu kasus polio di Kabupaten Pidie, Aceh berdasarkan penelusuran RT-PCR. Pemerintah Kabupaten Pidie, Aceh, menetapkan satu temuan kasus polio di Pidie sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Pj Bupati Pidie, Wahyudi Adisiswanto menyampaikan pernyataan tersebut usai mendapatkan laporan seorang anak positif dinyatakan terserang virus polio.

Seperti yang dilansir dari Kementerian Kesehatan, pasien berusia 7 tahun 2 bulan dengan gejala kelumpuhan pada kaki kiri. Anak mulai merasa demam di tanggal 6 Oktober kemudian tanggal 18 Oktober masuk RSUD TCD sigil. Pada tanggal 21 sampai 22 Oktober dokter anak mencurigai polio dan mengambil dua spesimen dan dikirim ke provinsi. Kemudian tanggal 7 November hasil RT-PCR keluar hasil konfirmasi polio tipe 2.

Dikatakan Dirjen Maxi, Anak itu mengalami pengecilan di bagian otot paha dan betis kiri dan memang tidak memiliki riwayat imunisasi, tidak memiliki riwayat perjalanan kontak dengan pelaku perjalanan.

Kasus polio atau lumpuh layuh pada anak yang ditemukan di Pidie telah dikonfirmasi dari hasil pemeriksaan laboratorium Prof Sri Oemijati Kementerian Kesehatan di Jakarta yang merupakan laboratorium rujukan nasional.

Pada kesempatan yang sama Kepala Dinas Kesehatan Pidie, dr Arika Aboebakar menyatakan pihaknya bersama dengan tim dari Dinas Kesehatan Aceh, Kemenkes, WHO, dan UNICEF, sudah melakukan respons awal kejadian ini berupa Penyelidikan Epidemiologi (PE), termasuk pencarian kasus tambahan di wilayah terdampak baik di masyarakat maupun melalui kunjungan ke puskesmas dan rumah sakit setempat. 

Dari penyelidikan epidemiologi, selain cakupan imunisasi Polio yang rendah, didapati faktor perilaku hidup bersih dan sehat penduduk yang masih kurang. Masih ada penduduk yang menerapkan BAB terbuka di sungai. Meskipun tersedia toilet, lubang pembuangan langsung mengalir ke sungai, sementara air sungai dipakai sebagai sumber aktivitas penduduk termasuk tempat bermain anak-anak.

Seperti yang dilansir oleh Kompas, Pemda Pidie Aceh melalui DInas Kesehatan juga melakukan review cakupan imunisasi dan penilaian kondisi sosial untuk mengetahui bagaimana penerimaan masyarakat di wilayah terdampak terhadap imunisasi. Selain itu koordinasi dan pengaktifan Tim Gerak Cepat (TGC).

“Perlu diketahui, virus polio menular melalui air yang tercemar tinja yang mengandung virus polio. Jika virus ini masuk ke dalam tubuh anak yang belum mendapatkan imunisasi polio secara lengkap, maka virus akan berkembang biak, disaluran pencernaan dan menyerang sistem saraf anak sehingga dapat menyebabkan kelumpuhan," ujar Arika. 

"Ini dapat terjadi jika cakupan imunisasi rendah dalam jangka waktu yang cukup lama. Ditambah dengan kondisi sanitasi lingkungan yang tidak baik, seperti perilaku buang air besar sembarangan (BABS),” jelas Arika. 

Arika menambahkan, dokter spesialis anak sudah mengunjungi pasien tersebut dan telah dianjurkan untuk dilakukan rehabilitasi medik. Dinas Kesehatan Pidie melalui Puskesmas Mane juga memfasilitasi rujukan ke RSUD T Chik Ditiro. 

Arika mengatakan, untuk menanggulangi KLB, sesuai dengan petunjuk dari Tim Komite Ahli, maka akan dilakukan respons imunisasi dengan memberikan imunisasi tetes polio untuk semua anak usia 0- <13 tahun agar terbentuk kekebalan terhadap polio, serta penguatan sistem surveilans untuk mendeteksi cepat adanya kasus lumpuh layuh mendadak di masyarakat. 

“Target imunisasi adalah 95 persen dan merata di semua wilayah agar kekebalan komunitas dapat tercapai,” katanya. Pemerintah Kabupaten Pidie juga segera meningkatkan edukasi masyarakat tentang pentingnya imunisasi rutin dan perilaku hidup bersih sehat, terutama perilaku BAB di jamban. 

Hal ini melibatkan seluruh pihak, mulai dari pimpinan daerah beserta satuan kerja pemerintah daerah, tokoh agama, tokoh masyarakat, kelompok remaja, PKK, organisasi profesi, ormas, lembaga pendidikan, kader, akademisi, media massa, dan swasta untuk mendukung pencegahan penularan virus polio. 

Sementara, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Aceh, Iman Murahman menjelaskan, tren cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) di Provinsi Aceh dalam lima tahun terakhir terus mengalami penurunan. 

Padahal IDL sendiri wajib bagi anak usia dini atau balita, mengingat daya tahan atau kekebalan anak masih belum kuat dan sebagai imun untuk mencegah penyakit menular. 

Untuk tahun 2017, cakupan IDL Aceh sebesar 59,7 persen, 2018 sebesar 58 persen, 2019 sebesar 48,9 persen, 2020 sebesar 42,7 persen, dan 2021 sebesar 38,4 persen. 

"Tren cakupan imunisasi dasar lengkap di Aceh terus mengalami penurunan tiap tahunnya," kata Iman Murahman . Ia mengatakan, untuk rata-rata nasional, cakupan IDL Aceh juga paling rendah, yaitu berkisar 11,8 persen dari target nasional 54,6 persen. 

"Bisa dibilang dari total 6.507 desa di Aceh, untuk cakupan Universal Child Immunization (UCI) hanya 24,9 persen saja yang sudah lengkap imunisasi atau tiga perempat di antaranya," ungkap Iman.

DIkutip dari berbagai sumber.

Artikel Terkait:

Pemerintah Bergerak Cepat Tangani Kasus Polio di Kabupaten Pidie

Pemerintah Bergerak Cepat Tangani Kasus Polio di Kabupaten Pidie
ilustrasi

Pada awal November 2022 ditemukan satu kasus polio di Kabupaten Pidie, Aceh berdasarkan penelusuran RT-PCR. Sehingga kemudian pemerintah Kabupaten Pidie menerapkan Kejadian Luar Biasa Polio tingkat Kabupaten Pidie.

Seperti yang dilansir dari Kementerian Kesehatan, pasien berusia 7 tahun 2 bulan dengan gejala kelumpuhan pada kaki kiri. Anak mulai merasa demam di tanggal 6 Oktober kemudian tanggal 18 Oktober masuk RSUD TCD sigil. Pada tanggal 21 sampai 22 Oktober dokter anak mencurigai polio dan mengambil dua spesimen dan dikirim ke provinsi. Kemudian tanggal 7 November hasil RT-PCR keluar hasil konfirmasi polio tipe 2.

Dikatakan Dirjen Maxi, Anak itu mengalami pengecilan di bagian otot paha dan betis kiri dan memang tidak memiliki riwayat imunisasi, tidak memiliki riwayat perjalanan kontak dengan pelaku perjalanan.

''Tapi anak ini saya lihat kondisinya kemarin bisa jalan meskipun tertatih-tatih, cuman tidak ada obat nanti tinggal di fisioterapi untuk mempertahankan masa ototnya,'' ungkap Dirjen Maxi.

''Kalau lihat cakupan oral polio virus OPV dan IPV memang seluruh Indonesia rendah terutama saat Pandemi Covid-19,'' ujar Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dr. Maxi Rein Rondonuwu di Jakarta, Sabtu (19/11).

Sebanyak 415 Kabupaten/Kota di 30 provinsi di Indonesia masuk dalam kriteria risiko tinggi polio karena rendahnya imunisasi, termasuk Aceh. Untuk itu Pemerintah gencarkan upaya Imunisasi.

Dari penyelidikan epidemiologi, selain cakupan imunisasi Polio yang rendah, didapati faktor perilaku hidup bersih dan sehat penduduk yang masih kurang. Masih ada penduduk yang menerapkan BAB terbuka di sungai. Meskipun tersedia toilet, lubang pembuangan langsung mengalir ke sungai, sementara air sungai dipakai sebagai sumber aktivitas penduduk termasuk tempat bermain anak-anak.

Tim Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie bersama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, Kementerian Kesehatan, WHO, dan Unicef sudah melakukan sejumlah tindakan penting termasuk melakukan pelacakan untuk mencari kasus lumpuh layuh lain di sekitar tempat tinggal kasus, pengambilan sampel tinja di wilayah terdampak untuk dilakukan pemeriksaan, dan memeriksa sampel air di tempat pembuangan dan survei cepat cakupan imunisasi.

Selanjutnya akan segera dilakukan tindakan pencegahan penularan lebih luas dengan meningkatkan notifikasi nakes dan faskes untuk mendeteksi adanya kasus lumpuh layuh lain, untuk segera ditindaklanjuti secara medis maupun epidemiologis.

Selanjutnya akan dilakukan pemberian imunisasi polio tambahan bagi semua anak usia 0-13 tahun di seluruh wilayah Provinsi Aceh sebanyak 2 putaran yang direncanakan akan dimulai pada tanggal 28 November 2022.

Melakukan edukasi dan penggerakkan masyarakat untuk mencegah penularan virus polio mengenai pentingnya imunisasi rutin bagi anak, menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, terutama perilaku BAB di jamban.

Penyakit Polio sangat berbahaya bagi anak karena menyebabkan kelumpuhan dan tidak ada obatnya, namun mudah dicegah dengan imunisasi polio lengkap dan imunisasi rutin. Pencegahan juga dilakukan dengan melakukan perilaku hidup bersih dan sehat seperti BAB di jamban yang sesuai standar, cuci tangan pakai sabun dan menggunakan air matang untuk makan dan minum.

''Saya menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk segera melengkapi imunisasi rutin bagi anak-anak sesuai jadwal, dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat,'' ucap Dirjen Maxi.

Kolaborasi Kemenkes-Astra Pencanangan Posyandu Prima di Bali

Kolaborasi Kemenkes-Astra Canangkan Posyandu Prima di Bali
Kolaborasi Kemenkes-Astra Canangkan Posyandu Prima di Bali

Kementerian Kesehatan Republik Indonesua terus memperluas agenda transformasi layanan kesehatan primer. Tujuannya untuk 
mendekatkan akses pelayanan kesehatan primer yang bermutu dan berkualitas kepada masyarakat di seluruh pelosok negeri.

Seperti yang dilansir oleh Kemkes, dengan mencanangkan Posyandu Pembantu Tonja menjadi Posyandu Prima yang merupakan program kolaborasi dengan PT Astra Internasional Tbk (Persero) pada Sabtu (19/11) di Banjar Tegeh Sari, Tonja, Denpasar Utara, Bali.

Pencanangan ditandai dengan penandatanganan MoU atau Nota Kesepahaman yang turut disaksikan oleh Wakil Gubernur Bali, Wakil Walikota Denpasar dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali pada acara Festival Kesehatan Astra.

''Ini adalah bagian dari transformasi layanan primer supaya lebih memperkuat dan mendekatkan keberadaan Kemenkes di masyarakat,'' Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, Maria Endang Sumiwi saat ditemui disela pencanangan.

Dirjen Maria menjelaskan melalui transformasi layanan primer, posyandu prima di Dorong memiliki layanan kesehatan yang terstandardisasi dengan menerapkan sistem digitalisasi yang kian mempercepat layanan.

Dari segi layanan juga akan ditambah, sehingga semakin lengkap yang fokus pada upaya promotif preventif. Sasaran layanan juga akan diperluas pada semua siklus hidup mulai dari bayi sampai lansia .

Keberadaanya akan didukung dengan penyediaan berbagai sumberdaya guna mendukung pelayanan kesehatan masyarakat termasuk penyediaan alat pemeriksaan yang memadai dan didukung dengan ketersediaan tenaga kesehatan.

''Dengan berubah menjadi posyandu prima maka kegiatan promotif preventif akan lebih kuat dengan tim yang lebih besar, yaitu awalnya ada bidan 1 dan perawat kader, melalui posyandu prima ditambah kan 2 kader untuk bisa memperkuat layanan kesehatan primer bagi masyarakat di Desa Tenjo,'' ujar Dirjen Maria.

Dirjen Endang mengharapkan dengan pencanangan Posyandu Prima Tanjo bisa di manfaatkan oleh masyarakat sekitar dengan sebaik-baiknya.

Pemanfaatannya, lanjut Dirjen Endang bukan sekadar pemeriksaan kesehatan. Namun juga skrining kesehatan guna mendeteksi permasalahan kesehatan masyarakat sedini mungkin sehingga derajat kesehatan masyarakat akan meningkat.

Pihaknya juga berharap kolaborasi apik antara Kementerian Kesehatan dengan PT Astra Internasional Tbk dalam upaya penyediaan layanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas melalui revitalization posyandu dapat terus berlanjut dan diperkuat.

Saat ini sedikitnya terdapat 300 ribu unit Posyandu yang direaktivasi menjadi posyandu prima. Revitalisasi Ini merupakan bagian dari transformasi kesehatan layanan primer dalam kerangka memenuhi kebutuhan layanan kesehatan yang masih kurang. Melalui kolaborasi dengan berbagai stakeholder harapannya program ini bisa rampung pada 2024.

''Kami menyampaikan terima kasih kepada Astra yang selama ini telah memberikan kontribusi sosial berkelanjutan, kami berharap ini menjadi awal kolaborasi yang baik antara Kementerian Kesehatan RI, Pemerintah Provinsi Bali, dan Pemerintah Kota Denpasar bersama Astra dalam penyelenggaraan transformasi pelayanan kesehatan primer, serta ke depannya dapat dilaksanakan di provinsi, kabupaten dan kota lain yang menjadi lokasi binaan Astra,'' harap Dirjen Endang.

Pada kesempatan yang sama, Chief of Corporate Human Capital Development Astra Aloysius Budi Santoso menyebutkan bahwa PT Astra Internasional memiliki semangat yang sama dengan Kementerian Kesehatan untuk mewujudkan Indonesia Sehat.

Kontribusi astra dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia diwujudkan dalam berbagai program diantaranya Posyandu Terintegrasi untuk ibu, anak, remaja, dan lansia, program Intervensi Gizi, serta program Kesehatan Lingkungan Terintegrasi. Tak hanya itu, Astra juga akan membantu penyediaan alat posyandu di seluruh Indonesia.

Untuk itu, Aloy berharap semangat kolaborasi untuk membangun negeri tersebut dapat terus dilanjutkan demi mewujudkan Indonesia sehat.

''Astra berharap semangat untuk terus berkolaborasi dalam mendukung pemerintah dapat terus berkembang, demi terwujudnya masyarakat Indonesia yang lebih sehat, tangguh, kreatif dan inivatif,'' pungkasnya.

Sumber: Kemkes.go.id

Artikel Terkait:

Daftar obat sirup yang aman menurut BPOM

BPOM telah memperbarui informasi tentang obat sirup yang tidak menggunakan Propilen Glikol, Polietilen Glikol, Sorbitol, dan/atau Gliserin/Gliserol pada 27 Oktober 2022. Dari daftar tersebut, terdapat 198 obat batuk sirup yang aman digunakan menurut BPOM.

Daftar obat sirup yang aman menurut BPOM
Daftar obat sirup yang aman menurut BPOM

Berikut daftar 198 obat sirup yang aman menurut BPOM per 27 Oktober 2022:

  1. AFICITRIN, OBAT CACING
  2. ALERFED, OBAT FLU
  3. ALERGON, OBAT ALERGI
  4. AMOXICILLIN TRIHYDRATE, ANTIBIOTIKA
  5. AMOXSAN, ANTIBIOTIKA
  6. ASTEROL, OBAT ASMA
  7. AVAMYS, OBAT ALERGI
  8. AVAMYS, OBAT ALERGI
  9. B-DEX, OBAT ALERGI
  10. BDM, OBAT ALERGI
  11. BUFAGAN EXPECTORANT, OBAT BATUK
  12. BUFAGAN EXPECTORANT, OBAT BATUK
  13. CAZETIN, ANTI JAMUR
  14. CEFADROXIL MONOHYDRATE, ANTIBIOTIKA
  15. CETIRIZINE DIHYDROCHLORIDE, OBAT ALERGI
  16. CETZIN, OBAT ALERGI
  17. CITOCETIN, OBAT FLU
  18. COHISTAN EXPECTORANT, OBAT BATUK
  19. COHISTAN EXPECTORANT, OBAT BATUK
  20. COLFIN, OBAT BATUK
  21. COLSANCETINE, ANTIBIOTIKA
  22. COMBICITRINE, OBAT CACING
  23. CONSTIPEN, Obat PENCAHAR
  24. CONSTULOZ, Obat PENCAHAR
  25. COREDRYL EKSPEKTORAN, OBAT BATUK
  26. COTRIMOXAZOLE, ANTIMIKROBA
  27. COTRIMOXAZOLE, ANTIBIOTIKA
  28. DARYAZINC, OBAT DIARE
  29. DARYAZINC, OBAT DIARE
  30. DECATRIM, ANTIMIKROBA
  31. DEFERIPRONE, CHELATING
  32. DIAKIDS, OBAT DIARE
  33. DOMINO, MUAL
  34. DOMPERIDONE, OBAT MUAL
  35. DURAFER, CHELATING
  36. ERLAMYCETIN, ANTIBIOTIKA
  37. ETAMOXUL, ANTIMIKROBA
  38. EXTROPECT, OBAT BATUK
  39. GARKENE, OBAT EPILEPSI
  40. GLISEND, OBAT BATUK
  41. GRAFAZOL, ANTIMIKROBA
  42. GUANISTREP, OBAT DIARE
  43. HISLOREX, OBAT ALERGI
  44. INTERZINC, OBAT DIARE
  45. ITRABAT, OBAT BATUK
  46. KOMIX EXPECTORANT JAHE, OBAT BATUK
  47. KOMIX EXPECTORANT JERUK NIPIS, OBAT BATUK
  48. KOMIX EXPECTORANT PEPPERMINT, OBAT BATUK
  49. KOMIX OBH, OBAT BATUK
  50. KOMIX OBH, OBAT BATUK
  51. KOMIX OBH KID (RASA MADU), OBAT BATUK
  52. KOMIX RASA JAHE, OBAT BATUK
  53. KOMIX RASA JERUK NIPIS, OBAT BATUK
  54. KOMIX RASA PEPPERMINT, OBAT BATUK
  55. KONIDIN OBH, OBAT BATUK
  56. LACTULAX, PENCAHAR
  57. LACTULAX, PENCAHAR
  58. LACTULAX (RASA COKLAT), PENCAHAR
  59. LACTULOSE, PENCAHAR
  60. LACTULOSE, PENCAHAR
  61. LAPICEF, ANTIBIOTIKA
  62. LAXALOSAN, PENCAHAR
  63. LEVOPRONT, OBAT BATUK
  64. MALTOFER, OBAT DEFISIENSI ZAT BESI TANPA ANEMIA
  65. MEFAMESIS, OBAT MUAL
  66. METAGAN EXPECTORANT, OBAT BATUK
  67. METHADONE HYDROCHLORIDE, NARKOTIKA
  68. METRONIDAZOLE BENZOAT SUSPENSI, ANTIMIKROBA
  69. METRONIDAZOLE BENZOATE SUSPENSI, ANTIMIKROBA
  70. MUCOBAT SIRUP, OBAT BATUK
  71. NEO EMKANADRYL SIRUP, OBAT BATUK
  72. NIPE EXPECTORANT ADULT, OBAT BATUK
  73. NIPE EXPECTORANT ADULT, OBAT BATUK
  74. NIPE EXPECTORANT ADULT, OBAT BATUK
  75. NIPE EXPECTORANT ADULT, OBAT BATUK
  76. NIPE EXPECTORANT KIDS, OBAT BATUK
  77. NIPE EXPECTORANT KIDS, OBAT BATUK
  78. NORAGES DROPS, PEREDA NYERI
  79. NYSTATIN SUSPENSI, ANTI JAMUR
  80. OBAT BATUK 8 DEWA SIRUP, OBAT BATUK
  81. OBAT BATUK HITAM SIRUP, OBAT BATUK
  82. OBAT BATUK HITAM SIRUP, OBAT BATUK
  83. OBAT BATUK HITAM SIRUP, OBAT BATUK
  84. OBH AFI SIRUP, OBAT BATUK
  85. OBH AFI (RASA LEMON), OBAT BATUK
  86. OBH AFI (RASA MINT), Obat BATUK
  87. OBH BERLICO (RASA JERUK NIPIS), OBAT BATUK
  88. OBH COMBI BATUK BERDAHAK RASA JAHE, OBAT BATUK
  89. OBH COMBI BATUK BERDAHAK RASA MENTHOL, OBAT BATUK
  90. OBH COMBI BATUK BERDAHAK RASA MENTHOL, OBAT BATUK
  91. OBH COMBI BATUK BERDAHAK RASA MENTHOL, OBAT BATUK
  92. OBH IKA SIRUP, OBAT BATUK
  93. OBH IKA SIRUP, OBAT BATUK
  94. OBH MOLEX, OBAT BATUK
  95. OBH NUTRA SIRUP, OBAT BATUK
  96. OBH RAMA SIRUP, OBAT BATUK
  97. OBH SURYA, OBAT BATUK
  98. ONDANE SIRUP, OBAT MUAL
  99. PEDIALYTE CAIRAN ORAL, OBAT DIARE
  100. PEDIALYTE (AROMA BUBBLE GUM) CAIRAN ORAL, OBAT DIARE
  101. PRALAX SIRUP, PENCAHAR
  102. PROCATEROL HYDROCHLORIDE HEMIHYDRATE, OBAT ASMA
  103. PYRANTEL PAMOATE, OBAT CACING
  104. RAMADRYL EXPECTORANT SIRUP, OBAT BATUK
  105. RENASISTIN OD DROPS (SERBUK KERING), ANTIBIOTIK
  106. RHINATHIOL SIRUP, OBAT BATUK
  107. RHINOS NEO DROPS, OBAT FLU
  108. ROTARIX SUSPENSI, ROTAVIRUS
  109. ROTARIX SUSPENSI, ROTAVIRUS
  110. ROTATEQ CAIRAN ORAL, ROTAVIRUS
  111. SALBRON EKSPEKTORAN SIRUP, OBAT BATUK
  112. SALBUGEN SIRUP OBAT ASMA
  113. SALBUGEN EKSPEKTORAN SIRUP OBAT ASMA DAN BATUK
  114. SALBUTAMOL SULFATE SIRUP, OBAT ASMA
  115. SALDEXTAMIN SIRUP, ANTI ALERGI
  116. SALTRIM FORTE SUSPENSI, ANTIMIKROBA
  117. SUCRALFATE SUSPENSI, OBAT MAAG
  118. SUCRALFATE SUSPENSI, OBAT MAAG
  119. SUPRAMOX DROPS, ANTIBIOTIK
  120. SURVANTA SUSPENSI , OBAT GANGGUAN PERNAFASAN
  121. SYNFLORIX SUSPENSI, PNEUMONIA
  122. VALVED SIRUP DUS, OBAT BATUK
  123. VALVED DM SIRUP DUS, OBAT BATUK
  124. VENTOLIN SIRUP DUS, OBAT ASMA
  125. VENTOLIN EXPECTORANT SIRUP DUS, OBAT ASMA DAN BATUK
  126. VERTIVOM SIRUP DUS, OBAT BATUK
  127. WINASAL SIRUP DUS, OBAT BATUK
  128. ZENICOLD SIRUP DUS, OBAT FLU
  129. ZENTRIS SIRUP DUS, OBAT ALERGI
  130. ZINC GO FORTE SIRUP DUS, OBAT DIARE
  131. ZINC SULFATE MONOHYDRATE SIRUP, OBAT DIARE
  132. ZINC SULFATE MONOHYDRATE SIRUP DUS, OBAT DIARE
  133. ZINFION SIRUP DUS, OBAT DIARE
  134. AMBROXOL HCL SIRUP, OBAT BATUK
  135. BISOLVON LARUTAN / CAIRAN DUS, OBAT BATUK
  136. CATAFLAM DROPS DUS, OBAT RADANG
  137. CHLORAMPHENICOL PALMITATE SUSPENSI ANTIBIOTIKA
  138. CHLORPHENAMINE MALEAT SIRUP DUS, OBAT ALERGI
  139. COLICAID EMULSI DUS, ANTI KEMBUNG
  140. COROMECYTIN SUSPENSI DUS, ANTIBIOTIKA
  141. COTRIMOXAZOLE SUSPENSI DUS, ANTIBIOTIKA
  142. DEVOSIX DROPS DUS, OBAT FLU
  143. DOMINAL DROPS DUS, OBAT MUAL
  144. DOMINO SUSPENSI DUS, OBAT MUAL
  145. DOMPERIDONE SUSPENSI, OBAT MUAL
  146. DULCOLACTOL SIRUP DUS, PENCAHAR
  147. DUPHALAC SIRUP DUS, PENCAHAR
  148. DUPHALAC SIRUP DUS, PENCAHAR
  149. DUPHALAC SIRUP DUS, PENCAHAR
  150. ERLAPECT SIRUP DUS, OBAT BATUK
  151. EXTRALAC SIRUP DUS, OBAT BATUK
  152. FLAGYL SUSPENSI DUS, ANTIMIKROBA
  153. GIGADRYL SIRUP DUS, OBAT BATUK
  154. GITRI SUSPENSI DUS, ANTIBIOTIKA
  155. GRAPHALAC SIRUP DUS, PENCAHAR
  156. KANDISTATIN SUSPENSI DUS, ANTI JAMUR
  157. LACONS SIRUP DUS, PENCAHAR
  158. LACTOFID SIRUP DUS, PENCAHAR
  159. LACTULOSE SIRUP DUS, PENCAHAR
  160. LACTULOSE SIRUP DUS, PENCAHAR
  161. LANTULOS SIRUP DUS, PENCAHAR
  162. LEVOSIF SIRUP DUS, OBAT BATUK
  163. MESAFLUKIN SIRUP DUS, OBAT FLU
  164. METROLET SUSPENSI DUS, ANTIMIKROBA
  165. MOLEXDRYL SIRUP DUS, OBAT BATUK DAN ALERGI
  166. MONELL DROPS DUS, OBAT MUAL
  167. MUCOPECT DROPS DUS, OBAT BATUK
  168. NEW MENTASIN SIRUP DUS, OBAT BATUK
  169. NOPRENIA LARUTAN ORAL DUS, ANTI PSIKOTIK
  170. NOSFOCIN SIRUP DUS, OBAT BATUK
  171. NOVALGIN SIRUP DUS, PEREDA NYERI
  172. OBAT BATUK HITAM SIRUP, OBAT BATUK
  173. OBAT BATUK HITAM SIRUP, OBAT BATUK
  174. OBAT BATUK HITAM SIRUP, OBAT BATUK
  175. OBH SEKAR SIRUP BOTOL, OBAT BATUK
  176. OMESTAN SUSPENSI DUS, PEREDA NYERI
  177. 50OPILAX SIRUP DUS, PENCAHAR
  178. OPILAX SIRUP DUS, PENCAHAR
  179. PRIMPERAN SIRUP DUS, OBAT MUAL
  180. RAMADRYL ATUSIN SIRUP DUS, OBAT BATUK
  181. RENALYTE CAIRAN DUS, PENGGANTI CAIRAN TUBUH
  182. RISPERDAL CAIRAN ORAL DUS, ANTI PSIKOTIK
  183. SOLAC SIRUP DUS, PENCAHAR
  184. STARLAX SUSPENSI DUS, PENCAHAR
  185. SUPRACHLOR SUSPENSI DUS, ANTIBIOTIKA
  186. SUPRACHLOR SUSPENSI, ANTIBIOTIKA
  187. SUPRAMOX DROPS DUS, ANTIBIOTIKA
  188. TRIMETA SUSPENSI ANTIBIOTIKA
  189. ULSIDEX SUSPENSI DUS, OBAT MAAG
  190. UNI OBH SIRUP OBAT BATUK
  191. UNI OBH, OBAT BATUK
  192. UNIVXON, OBAT CACING
  193. YOSEA, OBAT MUAL
  194. YEKADRYL EXPECTORANT, OBAT BATUK & ALERGI
  195. YEKADRYL EXTRA, OBAT BATUK & ALERGI
  196. YEKADRIL EXTRA, OBAT BATUK & ALERGI
  197. ZENIREX, OBAT BATUK
  198. ZINCPRO, OBAT DIARE
Sumber: BPOM.go.id

Daftar Obat Sirup Dilarang dan Ditarik BPOM

Daftar obat sirup dilarang dan ditarik dari peredaran oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bertambah. Masyarakat diminta tidak lagi menggunakan daftar obat yang dilarang tersebut dan menggantinya dengan obat yang aman untuk anak-anak maupun dewasa.

Obat sirup dilarang dan ditarik oleh BPOM itu karena mengandung cemaran etilen glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG) melebihi ambang batas. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan, EG dan DEG sebagai penyebab kasus gagal ginjal akut misterius yang terjadi pada ratusan anak di Indonesia.

Sebelumnya, BPOM sudah menetapkan 5 obat sirup dilarang dan ditarik dari peredaran. Daftar obat sirup yang dilarang tersebut adalah:

  • Termorex Sirup (obat demam): Produksi PT Konimex Nomor izin edar DBL7813003537A1 Kemasan dus, botol plastik @60 ml.
  • Flurin DMP Sirup (obat batuk dan flu): Produksi PT Yarindo Farmatama Nomor izin edar DTL0332708637A1 Kemasan dus, botol plastik @60 ml.
  • Unibebi Cough Sirup (obat batuk dan flu): Produksi Universal Pharmaceutical Industries Nomor izin edar DTL7226303037A1 Kemasan dus, botol plastik @60 ml.
  • Unibebi Demam Sirup (obat demam): Produksi Universal Pharmaceutical Industries Nomor izin edar DBL8726301237A1 Kemasan dus, botol @60 ml.
  • Unibebi Demam Drops (obat demam): Produksi Universal Pharmaceutical Industries Nomor izin edar DBL1926303336A1 Kemasan dus, botol @15 ml.

Namun BPOM kemudian mengeluarkan informasi terbaru bahwa tidak semua obat sirup Termorex dilarang dan ditarik dari peredaran. Menurut BPOM, hanya obat Termorex sirup batch tertentu yang dilarang dan ditarik dari peredaran.

Terbaru tanggal 1 November 2022, BPOM menambah daftar obat sirup dilarang dan ditarik dari peredaran. Penambahan daftar obat sirup dilarang dan ditarik dari peredaran itu setelah BPOM melakukan perluasan sampling dan pengujian terhadap produk sirup obat yang berpotensi mengandung cemaran EG dan DEG.

“Hasilnya, terdapat 3 (tiga) produk yang melebihi ambang batas aman yaitu Paracetamol Drops, Paracetamol Sirup Rasa Peppermint dan Vipcol Sirup produksi PT Afifarma”, jelas Kepala BPOM Penny K. Lukito dalam Konferensi Pers di Serang, Banten, yang dipublikasikan website resmi BPOM 1 November 2022.

Penelusuran lebih lanjut ditemukan bahan baku yang digunakan untuk membuat obat sirup tersebut tidak memenuhi persyaratan. Untuk itu terhadap semua produk obat sirup cair PT Afifarma yg menggunakan 4 pelarut Propilen Glikol, Polietilen Glikol, Sorbitol, dan/atau Gliserin/Gliserol akan dilakukan penghentian proses produksi dan distribusi serta akan ditindaklanjuti sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Produsen ini juga dikenakan sanksi administratif berupa penarikan dan pemusnahan produk obat. Pendalaman juga akan dilakukan untuk melihat adanya pelanggaran dan dugaan tindak pidana terkait cemaran EG dan DEG pada sirup obat ini.

“BPOM berkomitmen untuk menuntaskan perkara ini dan terus berkoordinasi dengan Bareskrim Polri dan stakeholder lainnya dalam menangani dugaan tindak pidana yang berhubungan dengan cemaran EG dan DEG pada sediaan farmasi berbentuk sirup obat.” Jelas Penny K. Lukito.

Berikut ini Daftar Obat Sirup yang dilarang dan ditarik oleh BPOM melalui Penjelasan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HM.01.1.2.11.22.240 yang terdiri dari beberapa lampiran

Daftar Obat Sirup Dilarang dan Ditarik BPOM
Daftar Obat Sirup Dilarang dan Ditarik BPOM



Daftar Obat Sirup Dilarang dan Ditarik BPOM
Daftar Obat Sirup Dilarang dan Ditarik BPOM

Daftar Obat Sirup Dilarang dan Ditarik BPOM

Daftar Obat Sirup Dilarang dan Ditarik BPOM
Daftar Obat Sirup Dilarang dan Ditarik BPOM


Daftar Obat Sirup Dilarang dan Ditarik BPOM
Daftar Obat Sirup Dilarang dan Ditarik BPOM

Sumber: BPOM.go.id dan berbagai sumber

Artikel Terkait:

Waspadai Tanda dan Gejala Gagal Ginjal Akut pada Anak

Tanda dan Gejala Gagal Ginjal Akut pada Anak
Tanda dan Gejala Gagal Ginjal Akut pada Anak

 Beberapa minggu yang lalu, kasus gagal ginjal akut banyak menyerang anak-anak berusia 6 bulan sampai 18 tahun. Adanya kenaikan ini terjadi dalam kurun waktu 2 bulan terakhir, dimana 18 Oktober 2022, sebanyak 189 kasus telah dilaporkan dan paling banyak didominasi oleh anak berusia 1-5 tahun.

Melihat adanya peningkatan kasus gagal ginjal akut tersebut, Kementerian Kesehatan bertindak cepat untuk menginformasikan kepada seluruh orang tua untuk tetap waspada dan tidak panik, terutama ketika anak mengalami gejala yang mengarah pada penyakit ginjal akut, seperti:

  1. Diare
  2. Muntah
  3. Demam selama 3 – 5 hari
  4. Batuk & Pilek
  5. Jumlah air seni yang semakin sedikit, bahkan tidak bisa buang air kecil sama sekali

Pada pernyataannya, dr. Yanti Herman, MH. Kes selaku Plt. Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan mengajak masyarakat, khususnya orang tua untuk terus mengawasi perkembangan kesehatan anak, tidak panik dan bersegera untuk melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan terdekat apabila anak mengalami gejala yang mengarah kepada penyakit gagal ginjal akut.

Tidak sampai disitu, guna melakukan upaya penurunan kasus gagal ginjal akut, pemerintah juga menerbitkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Nomor HK.02.02./2/I/3305/2022 tentang Tata Laksana dan Manajemen Klinis Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury) Pada Anak di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Adapun surat keputusan ini dikeluarkan guna memberikan informasi terkait serangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh tenaga medis dan tenaga kesehatan lain dalam melakukan penanganan terhadap pasien gagal ginjal akut.

Sumber: Kemkes.go.id

LES (lupus Eritematosus Sistemik)

 PENGERTIAN PENYAKIT LES

LES (lupus Eritematosus Sistemik)
Ilustrasi


Penyakit LES merupakan penyakit inflamasi autoimun kronik, dengan etiologi yang belum diketahui. Manifestasi klinis, perjalanan penyakit dan prognosis Penyakit LES sangat beragam. Sistem kekebalan tubuh pada penyakit ini akan mengalami kehilangan kemampuan untuk melihat perbedaan antara substansi asing dengan sel dan jaringan tubuh sendiri. Pada Penyakit LES terjadi produksi antibodi yang berlebihan namun tidak menyerang kuman atau antigen tetapi menyerang sistim kekebalan sel dan jaringan tubuh sendiri. Antibodi seperti ini disebut “auto-antibodi” yang bereaksi dengan antigen “sendiri” membentuk kompleks imun. Kompleks imun yang terdapat dalam jaringan akan mengakibatkan terjadinya peradangan dan kerusakan pada jaringan.

Manifestasi Penyakit LES sangat luas, meliputi keterlibatan kulit dan mukosa, sendi, darah, jantung, paru, ginjal, susunan saraf pusat dan sistem imun. Oleh karena itu manifestasi penyakit LES sangat beragam dengan perjalanan penyakit yang bervariasi dan memiliki risiko kematian yang tinggi, sehingga memerlukan pengobatan yang lama dan seumur hidup. Untuk itu diperlukan pengenalan dini serta penatalaksanaan yang tepat.

Penyakit LES sering dijuluki dengan istilah “great imitator” (peniru yang ulung)/ Penyakit Seribu Wajah mengingat manifestasinya yang beragam. Gejala Penyakit LES dapat terjadi dari ringan sampai berat. Penyakit ini terutama menyerang perempuan usia reproduksi dengan angka kematian yang cukup tinggi.

MEKANISME TERJADINYA PENYAKIT LES

Penyakit LES terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan peningkatan autoantibodi yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal (sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi pada usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari, infeksi, paparan zat kimia). Akibat kombinasi hal-hal tersebut sistem imun tubuh kehilangan kemampuan untuk membedakan antigen dari sel dan jaringan tubuh sendiri. Penyimpangan reaksi imunologi ini akan menghasilkan antibodi secara terus menerus. Antibodi ini juga berperan dalam pembentukan kompleks imun sehingga mencetuskan penyakit inflamasi imun sistemik dengan kerusakan multiorgan.

Dalam keadaan normal, sistem kekebalan berfungsi mengendalikan pertahanan tubuh untuk melawan infeksi. Pada penyakit LES dan penyakit autoimun lainnya, sistem pertahanan tubuh ini berbalik melawan antigen dari tubuh sendiri. Antibodi yang dihasilkan menyerang sel tubuhnya sendiri. Antibodi ini menyerang sel darah, organ dan jaringan tubuh, sehingga dapat terjadi kerusakan organ.

KLASIFIKASI PENYAKIT LES

Secara umum LES dan kelainan terkait Lupus (lupus- related disorder) dapat bermanifestasi dalam beberapa bentuk yaitu:

Lupus Eritematosus Sistemik.

Lupus Eritematosus Sistemik (LES) adalah penyakit autoimun sistemik yang ditandai dengan adanya autoantibodi terhadap autoantigen, pembentukan kompleks imun, dan disregulasi sistem imun, menyebabkan kerusakan pada beberapa organ tubuh. LES dapat menyerang satu atau lebih sistem organ. Pada sebagian orang hanya kulit dan sendinya saja yang terkena, akan tetapi pada sebagian pasien, lupus lainnya menyerang organ vital seperti jantung, paru-paru, ginjal, susunan saraf pusat atau perifer. Umumnya tidak ditemukan adanya dua orang pasien lupus terkena sistemik lupus dengan gejala yang persis sama.

Lupus Kutaneus 

Dapat dikenali dari ruam yang muncul di kulit dengan berbagai tampilan klinis. Pada Lupus jenis ini dapat didiagnosa dengan menguji biopsi dari ruam dengan gambaran khas berupa infiltrate sel inflamasi pada batas dermoepidermal.

Lupus Imbas Obat

Lupus imbas obat (Drug-induced lupus) adalah suatu subset lupus yang didefinisikan sebagai suatu sindroma mirip lupus yang timbul setelah paparan obat dan menghilang setelah obat dihentikan. Pada lupus jenis ini baru muncul setelah pasien lupus menggunakan jenis obat tertentu dalam jangka waktu tertentu (lebih dari 1 bulan). Ada lebih dari 80 jenis obat yang dapat menyebabkan Lupus imbas obat. Salah satu contoh obat yang paling dikenal menimbulkan Lupus imbas obat adalah akibat penggunaan obat-obatan hydralazine (untuk mengobati darah tinggi) dan procainamide (untuk mengobati aritmia). Akan tetapi tidak semua penderita yang menggunakan obat-obatan ini akan berkembang menjadi Lupus imbas obat, hanya sekitar 4% orang-orang yang menggunakan obat-obatan tersebut yang akan berkembang menjadi Lupus imbas obat dan gejala akan mereda apabila obat-obatan tersebut dihentikan. Gejala dari Lupus imbas obat dapat serupa dengan sistemik lupus namun memiliki profil autoantibody tersendiri dan gejala umumnya akan membaik setelah obat dihentikan.

Sindroma Overlap, undifferentiated connective tissue disease (UCTD), dan mixed connective tissue disease (MCTD)

Pada sebagian pasien LES ternyata ditemukan juga menifestasi klinis lain yang memenuhi kriteria diagnostik penyakit autoimun lain seperti arthritis rheumatoid, scleroderma, atau myositis. Ada pula pasien LES yang juga memiliki gejala penyakit autoimun lain namun belum lengkap untuk didiagnosis penyakit autoimun tertentu. Kelompok pasien tersebut dapat dikelompokkan menjadi sindroma overlap (overlap syndrome), undifferentiated connective tissue disease (UCTD) dan mixed connective tissue disease (MCTD).

FAKTOR RISIKO PENYAKIT LES

Faktor penyebab terjadinya penyakit LES hingga kini masih belum sepenuhnya diketahui tetapi pengaruh lingkungan dan faktor genetik, hormon diduga sebagai penyebabnya.

Faktor-faktor tersebut adalah:

Faktor Genetik: Gen-gen apa saja yang menjadi penyebab penyakit LES belum diketahui seluruhnya. Sekitar 7 % pasien LES memiliki keluarga dekat (orangtua atau saudara kandung) yang juga terdiagnosa LES. Untuk kembar identik, kemungkinan terkena Lupus pada salah satu dari kedua kembar hanya 30%.

Faktor lingkungan sangat berperan sebagai pemicu LES, misalnya infeksi, stress, makanan, antibiotik (khususnya kelompok sulfa dan penisilin), cahaya ultra violet (matahari) dan penggunaan obat – obat tertentu.

Faktor hormonal: Faktor hormonal dapat menjelaskan mengapa kaum perempuan lebih sering terkena penyakit LES dibandingkan dengan laki-laki. Meningkatnya angka pertumbuhan penyakit LES sebelum periode menstruasi atau selama masa kehamilan mendukung keyakinan bahwa hormon, khususnya estrogen menjadi pencetus penyakit LES. Akan tetapi hingga kini belum diketahui secara lengkap peran hormon apa saja yang menjadi penyebab besarnya prevalensi LES pada perempuan pada periode tertentu.



Deteksi Dini dan Penemuan Kasus LES

Deteksi Dini

Deteksi dini dapat dilakukan pada masyarakat berisiko Penyakit LES di Posbindu PTM menggunakan formulir SALURI (Periksa Lupus Sendiri) dan di Puskesmas atau di sarana pelayanan kesehatan lainnya bagi masyarakat yang dicurigai menderita penyakit LES.

Kecurigaan penyakit LES bila ditemukan 4 (empat) atau lebih kriteria di bawah ini:

  1. Perempuan muda yang mengalami gangguan dua organ atau lebih.
  2. Gejala konstitusional: kelelahan, demam (tanpa bukti infeksi) dan penurunan berat badan.
  3. Muskuloskeletal: artritis, artralgia, miositis.
  4. Kulit: ruam kupu-kupu (butterlly atau malar rash), fotosensitivitas, lesi membrana mukosa, alopesia (kebotakan), fenomena Raynaud, purpura, urtikaria, vaskulitis.
  5. Ginjal: hematuria, proteinuria, silinderuria, sindroma nefrotik
  6. Gastrointestinal: mual, muntah, nyeri abdomen
  7. Paru-paru: pleurisy, hipertensi pulmonal, lesi pada parenkhim paru.
  8. Jantung: perikarditis, endokarditis, miokarditis
  9. Retikulo-endotel: organomegali (limfadenopati, splenomegali, hepatomegali)
  10. Hematologi: anemia, leukopenia, dan trombositopenia
  11. Neuropsikiatri: psikosis, kejang, sindroma otak organik, mielitis transversus, gangguan kognitif neuropati kranial dan perifer.

Kecurigaan tersebut dilanjutkan dengan melakukan penapisan terhadap  penyakit lainnya.Jika ditemukan gejala-gejala di atas dimintakan untuk mewaspadai kemungkinan penyakit LES dan dilanjutkan dengan melakukan rujukan.

SALURI (Periksa Lupus Sendiri):

  1. Demam lebih dari 380C dengan sebab yang tidak jelas
  2. Rasa lelah dan lemah berlebihan
  3. Sensitif terhadap sinar matahari
  4. Rambut rontok
  5. Ruam kemerahan berbentuk kupu-kupu yang sayapnya melintang dari pipi ke pipi
  6. Ruam kemerahan dikulit
  7. Sariawan yang tidak sembuh-sembuh terutama di atap rongga mulut
  8. Nyeri dan bengkak pada persendian terutama di lengan dan tungkai, menyerang lebih dari 2 sendi dalam jangka waktu lama
  9. Ujung-ujung jari tangan dan kaki menjadi pucat hingga kebiruan saat udara dingin
  10. Nyeri dada terutama saat berbaring dan menarik nafas
  11. Kejang atau kelainan saraf lainnya
  12. Kelainan hasil pemeriksaan laboratorium (atas anjuran dokter):

  • Anemia : Penurunan kadar sel darah merah
  • Leukositopenia : Penurunan sel darah putih
  • Trombositopenia : penurunan kadar pembekuan darah
  • Hematuria dan proteinuria : darah dan protein pada pemeriksaan urine
  • Positif ANA dan atau Anti ds-DNA

Bila anda menjawab “Ya” untuk minimal 4 pertanyaan, ada kemungkinan anda terkena lupus. Segera konsultasikan dengan dokter puskesmas atau rumah sakit setempat.

Sumber: p2ptm.kemkes.go.id

Cari disini:

Popular Posts