Cari disini

Dengarkan dan Download MP3 Dongeng untuk Anak Nusantara

Silahkan Dengarkan dan Download MP3 Dongeng untuk Anak:
Selamat Mendengarkan!!


Judul Dongeng Dengarkan dan Download
Watu Ulo / Batu Ular

Asal Asul Bitung

Asal Usul Singaraja

Asal Usul Cibuliar

Asal Usul Banyuwangi

Aji Bonar

Cerita Ular Ndaung

Cerita Tupai dan Tikus

Cerita Ayam dan Srigala

Cerita Angsa dan Kura-kura

Cerita Angkus Si Angsa yang Rakus

Cerita Angkri

Cerita 7 Anak Laki-laki

Buat Yang Ingin Koleksi Mp3 Lainnya, Silahkan Klik Link Berikut Koleksi MP3 dan Audiobook Gratis

Proses Pemutihan Gigi Memicu Gigi Ngilu

Proses Pemutihan Gigi Memicu Gigi Ngilu
Ilustrasi: Proses Pemutihan Gigi Memicu Gigi Ngilu
Proses pemutihan gigi (bleaching) bisa menjadi cara untuk mendapatkan gigi yang putih, tetapi prosedur ini bisa menyebabkan gigi menjadi sensitif sehingga terasa ngilu saat mengonsumsi makanan dan minuman.

Selain proses bleaching, pembersihan karang gigi dan mengikir gigi juga akan menyebabkan terbukanya lapisan dentin atau pelindung gigi yang menyelimuti permukaan gigi dengan pori.

Bahan-bahan kimia yang dipakai saat memutihkan gigi bisa mengikis lapiran dentin. Dentin yang terbuka akan menyebabkan gigi lebih mudah terpapar rangsangan dari luar, seperti rasa tajam dari makanan.

Pada proses pembersihan karang gigi, menurut Ariandes Veddytaro, GlaxoSmithKline Dental Detailing Manger, pengangkatan karang gigi bisa menyebabkan gigi dan gusi lebih terbuka sehingga timbul rasa ngilu.

"Pada sebagian orang lapisan gigi yang terekspos ini menyebabkan penurunan gusi yang kemudian mengekspos akar gigi. Kemungkinan lain adalah alat pembersih karang gigi mengenai bagian dalam gusi yang kaya saraf," katanya.

Untuk mencegahnya, ia menyarankan untuk menggunakan pasta gigi khusus gigi sensitif dua minggu sebelum melakukan pemutihan gigi. Sementara itu, pasta gigi ini juga bisa dipakai setelah proses pembersihan karang gigi.

Sumber: KOMPAS.com

Pengamat: Premi KJS Naik, RS Swasta Tetap Sengsara

http://puskesmasgempolcirebon.blogspot.com/2013/05/pengamat-premi-kjs-naik-rs-swasta-tetap-sengsara.html
Pengamat: Premi KJS Naik, RS Swasta Tetap Sengsara
Rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menaikkan premi Kartu Jakarta Sehat (KJS) dinilai pengamat kebijakan publik Agus Pambagyo tidak akan menyelesaikan masalah. Menurut Agus, rumah sakit swasta akan tetap menjadi korban dari program tersebut.

"Antara sistem premi dan sistem pembayaran KJS adalah dua hal berbeda. Kalau premi kan sudah berkaitan dengan asuransi, sedangkan KJS itu menggunakan dana sosial," ujar Agus saat dihubungi wartawan, Senin (20/5/2013) di Jakarta.

"Buat rumah sakit swasta itu penderitaan, kalau RSUD mungkin enggak masalah. Makanya mereka (RS swasta) meninggalkan KJS," lanjut Agus.

Seperti diketahui, premi pasien di DKI Jakarta dihargai Rp 23.000. Belakangan, Pemprov DKI berencana menaikkan premi menjadi Rp 50.000 dengan alasan agar rumah sakit swasta tidak mengalami kerugian operasional. Pemprov DKI berpendapat semakin tinggi premi pasien, biaya klaim pasien di rumah sakit dapat terpenuhi.

Sistem pembayaran KJS pun berubah sejak 1 Maret 2013. Jika sebelumnya Pemerintah Provinsi DKI membayar rumah sakit per pelayanan seorang pasien, kini tidak lagi. Pemprov DKI menyerahkan pengelolaan ke PT Askes melalui sistem Indonesia Case Base Group (INA-CBG's) dengan pembayaran per paket.

Menurut Agus, kebijakan peningkatan premi per pasien harus diikuti dengan perbaikan dari pihak Pemprov DKI Jakarta juga. Salah satunya terkait jaminan pembayaran reimburse sekaligus kecepatan pembayaran pasien yang tepat waktu.

"Makanya, berhak saja RS swasta keluar dari KJS. Nah sekarang tinggal bagaimana Pemprov DKI merespons kondisi tersebut," lanjut Agus.

Diwartakan sebelumnya, terdapat 16 rumah sakit swasta yang mundur mengurus KJS atas alasan berat dengan tarif harga INA-CBG's yang dikeluarkan PT Askes (Persero). Tarif yang diberlakukan berdasarkan sistem paket ini dinilai merugikan rumah sakit.

Sumber: KOMPAS.com 

Aktif Bercinta Selama Hamil Banyak Manfaatnya

Aktif Bercinta Selama Hamil Banyak Manfaatnya
Aktif Bercinta Selama Hamil Banyak Manfaatnya

Berhubungan seks saat hamil aman dan tetap disarankan oleh para dokter. Asalkan kehamilan sehat dan kuat, bercinta saat hamil justru memberikan banyak manfaat, baik bagi istri maupun suami.

Dokter spesialis kebidanan UF Bagazi, SpOG dari Brawijaya Woman & Children Hospital mengatakan, berhubungan seks saat hamil bisa dilakukan sejak trimester pertama hingga ketiga, tergantung kenyamanan dari pasangan.

"Kenyamanan berhubungan seks bervariasi tergantung individu. Umumnya wanita mengalami penurunan minat berhubungan di trimester awal sehingga mungkin mereka tidak merasa nyaman. Sebagian wanita mungkin tidak merasakannya, namun merasa tidak nyaman di trimester akhir karena perutnya yang sudah besar," tutur Bagazi.

Kendati demikian, banyak keuntungan yang didapat dari kegiatan bercinta saat hamil. Berikut Bagazi menuturkannya beberapa di antaranya.

1. Meningkatkan keintiman
Bukan hanya memenuhi kebutuhan biologis, berhubungan seks akan meningkatkan keintiman pasangan. Saat hamil wanita cenderung mencurahkan perhatiannya pada kehamilannya sehingga mungkin membuat kemesraan sedikit berkurang.

2. Meningkatkan sirkulasi darah
Berhubungan seks memicu produksi adrenalin dan meningkatkan denyut jantung, sehingga sirkulasi darah menjadi meningkat. Sirkulasi darah yang meningkat dapat memperbaiki suplai oksigen ke seluruh tubuh, termasuk ke janin.

3. Analgesik
Kegiatan bercinta dengan pasangan akan meningkatkan produksi hormon bahagia yaitu erdorfin. Hormon ini dapat mengurangi rasa nyeri sehingga berfungsi sebagai analgesik.

4. Kulit halus
Bercinta saat hamil dapat membuat kulit menjadi lebih halus. Alasannya, bercinta membantu meningkatkan hormon estrogen yang menghaluskan kulit.

5. Membakar lemak
Kegiatan bercinta sudah diketahui dapat meningkatkan pembakaran lemak, begitu pula yang dilakukan saat kehamilan. Maka kegiatan bercinta mungkin dapat membantu menjaga berat badan tidak naik berlebihan di saat hamil.

Sumber: KOMPAS.com 

Layanan Kesehatan Jiwa Masih Rendah

Layanan Kesehatan Jiwa Masih Rendah
Layanan Kesehatan Jiwa Masih Rendah
Layanan kesehatan jiwa Indonesia ternyata masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan minimnya jumlah layanan primer yang memiliki unit kesehatan jiwa.

"Dari sekitar 9 ribu total puskesmas yang kita miliki, hanya seribu yang memiliki unit kesehatan jiwa. Sebanyak 8 ribu lainnya tidak ada," kata Wakil Ketua Komis IX DPR-RI, Nova Riyanti Yusuf, pada peluncuran unit mobile mental health service dan penandatanganan nota kesepahaman Program Kesehatan Jiwa Masyarakat, Senin (20/5/2013), di Jakarta.

Belum adanya peraturan dan kepedulian terhadap masalah kesehatan jiwa, kata Nova, menjadi tantangan utama. Ia mengatakan, aturan yang jelas diperlukan untuk menyusun berbagai program. Belum adanya aturan menyebabkan layanan kesehatan jiwa tidak bisa berdiri mantap. Masyarakat pun belum sepenuhnya mengetahui dan menyadari pentingnya pengobatan dan pencegahan gangguan jiwa.

"Saat ini RUU Kesehatan Jiwa sudah menjadi prioritas penyelesaian. Dengan adanya aturan yang jelas, kita bisa membuat sistem kesehatan jiwa yang baik dan menyeluruh," kata Nova.

Rendahnya layanan kesehatan jiwa juga diakui Kasubdit Kelompok Berisiko Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Kementrian Kesehatan RI, Edduard Idul Riyadi. Menurutnya kesehatan jiwa yang tidak terlihat kurang diperhatikan masyarakat dan pemerintah, layaknya penyakit fisik lainnya. Padahal, jiwa yang sehat akan mendukunh fisik yang baik. Jiwa yang sehat juga memungkinkan masyarakat untuk bisa bahagia dengan hidupnya.

"Saat ini, Indonesia hanya memiliki kurang lebih 30 rumah sakit jiwa di seluruh Indonesia. Jumlah ini tentu kurang, apalagi kecenderungan orang menderita gangguan jiwa bertambah," kata Eduard.

Peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa sejalan dengan penduduk yang terus bertambah. Menurut data dari Kementerian Kesehatan, penderita gangguan jiwa di seluruh Indonesia berkisar satu juta orang, sedangkan golongan sedang sampai mencapai 19 juta.

"Peningkatan penduduk tentu berefek pada interaksi sosial yang semakin rumit, stres, dan persaingan. Hal ini memicu terjadinya gangguan jiwa," kata Edduard.

Peningkatan layanan kesehatan primer, lanjutnya, seharusnya menjadi pilihan utama. Ia mengatakan, sesuai sistem rujukan yang akan diberlakukan, setiap puskesmas akan memiliki minimal satu tenaga kesehatan jiwa. Tenaga kesehatan ini akan membantu masyarakat melakukan tindak preventif terhadap gangguan jiwa. Dengan cara ini diharapkan kesehatan jiwa masyarakat menjadi lebih baik.

Sumber: KOMPAS.com

Cari disini:

Popular Posts